SBY Minta Tahu - Tempe Jangan Hilang dari Pasaran
Presiden SBY telah mendengar mengenai tahu dan tempe yang akan hilang di pasaran mulai besok hingga tiga hari ke depan.
Penulis:
Hasanudin Aco
Editor:
Sugiyarto

Kompas Nasional/AGUS SUSANTO
Palal, perajin tempe memindahkah biji kedelai yang sudah dipisahkan dari kulitnya di Desa Cimanggu Barat, Kecamatan Tanah Sereal, Bogor, Jawa Barat, Senin (16/7/2012). Perajin tempe mengeluhkan semakin melambungnya harga kedelai impor dalam beberapa bulan terakhir dari Rp 5.500 per kilogram dan kini menjadi Rp 7.700 per kilogram. Sehari industri rumahan yang berdiri sejak tahun 1976 ini membutuhkan enam kuintal kedelai untuk produksi. (KOMPAS/AGUS SUSANTO)
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) telah mendengar mengenai tahu dan tempe yang akan hilang di pasaran mulai besok hingga tiga hari ke depan.
Juru Bicara Presiden Julian Aldrian Pasha menegaskan, Presiden meminta menteri terkait segera mengatasi hal itu dengan secepatnya. "Ini menjadi perhatian pemerintah," kata Julian di kantor Presiden Jakarta, Selasa (24/7/2012).
Menurut Julian, masalah ketersediaan atau stok kedelai sebagai bahan baku utama pembuatan tempe dan tahu menjadi perhatian bersama. "Presiden dan pemerintah memperhatikan hal tersebut. Dan semua pihak yang memiliki andil untuk bisa mengupayakan agar tidak terjadi kelangkaan dan harga yang meningkat dalam sektor kedelai," kata dia.
Diberitakan sebelumnya, hari Rabu hingga Jumat (25-27/7/2012), tahu dan tempe dipastikan bakal menghilang dari pasaran di Jakarta, bahkan di seluruh penjuru Tanah Air.
Ribuan produsen tempe dan tahu mogok kerja. Mereka menuntut pemerintah mengambil alih tata niaga kedelai agar dapat membantu para produsen perajin tempe dan tahu mendapatkan harga kedelai yang lebih murah.
Sejak Mei lalu, harga kedelai sudah mencapai Rp 8.200 per kilogram dari harga sebelumnya Rp 5.500 per kilogram. (aco)
BACA JUGA: