Kenapa Tahu Tempe Menghilang?
GUNCANGAN harga kedelai yang terjadi saat ini pada tataran makro diakibatkan oleh liberalisasi sektor pangan yang terlalu berlebihan
Direktur Eksekutif Mega Institute
Arif Budimanta
​GUNCANGAN harga kedelai yang terjadi saat ini pada tataran makro diakibatkan oleh liberalisasi sektor pangan yang terlalu berlebihan, pemerintah hampir tidak punya tangan untuk mengendalikan harga. Sedangkan pada sisi mikro lebih karena ketidakmampuan pemerintah dalam mengendalikan persediaan kedelai di tingkat nasional karena. Produksi yang tidak mencapai target, tata niaga kedelai yang cenderung merugikan petani dan mencekik leher pengrajin tahu tempe.
Fenomena yang terjadi saat ini sebenarnya mengakibatkan petani kedelai juga dirugikan, produsen tahu tempe tidak dapat berproduksi, kemudian barang menjadi langka, kalaupun ada kemudian harganya menjadi tidak terjangkau alias mahal. Apabila hal ini dibiarkan berlarut-larut maka akan menimbulkan keresahan sosial.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi harga kedelai saat ini yaitu : Rendahnya produksi kedelai nasional. Rata-rata kebutuhan nasional kita saat ini diperkirakan 2,4 juta ton/tahun maka rata-rata kita butuh 200 ribu ton kedelai setiap bulan. Target produksi tahun 2012 ini diperkirakan 1,9 juta ton/ha.
Sementara itu hasil dalam triwulan pertama tahun 2012 ini hanyalah sekitar 200 ribuan ton, sementara targetnya sebesar 400 ribuan ton. Dalam kenyataannya rata-rata selama ini setiap tahun kita hanya bisa memproduksi 40 persen dari kebutuhan nasional, sisanya impor.
Meningkatnya konsumsi kedelai dari waktu- kewaktu sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk selain itu saat ini kedelai bukan saja dipakai sebagai makanan bagi manusia tetapi juga campuran pangan bagi ternak dan salah satu sumber bio energi.
Produksi menurun. Saat ini lebih kurang 60an persen produksi kedelai Dunia dihasilkan oleh Brazil dan Amerika Serikat. Amerika serikat menyumbang produksi hampir 40 persen. Dan satu tahun terakhir produksi kedelai AS dan Brazil menurun. Kenaikan harga kedelai dunia. Berdasarkan data setahun terakhir, terjadi kenaikan harga kedelai dunia terutama yang berasal dari Amerika, Brazil dan Argentina sekitar 19 sampai 27 persen.
Dalam konteks produksi kita justru mempertanyakan dana APBN yang meningkat terus yang katanya dipergunakan untuk meningkatkan produksi kedelai nasional, tetapi tidak menunjukkan hasil yang signifikan, malah yaang terjadi impor meningkat terus. Untuk itu maka, jalan alternatif yang dapat dilakukukan adalah: pada jangka panjang produksi harus ditingkatkan, petani kedelai harus diberi insentif (bukan hanya benih tetapi juga harga), pemerintah melalui BULOG memiliki mekanisme buffer stock untuk kedelai, sehingga dapat melakukan operasi pasar dan memperbaiki tata niaga saat ini. Kepada para pengrajin kedelai diberikan insentif berupa subsidi harga dengan jumlah tertentu sehingga mereka terus dapat berproduksi dan ketersediaan pangan rakyat tetap terjada dan stabil harganya. Dengan melakukan ini maka pemerintah berarti harus merubah paradigma pembangunan ekonominya, tidak seperti sekarang ini yang sepertinya cantik dimata dunia tetapi pahit dilidah rakyat.
(Aco)