Senin, 6 Oktober 2025

Tribunners / Citizen Journalism

Pemilihan Gubernur DKI

Relawan atau Kaki Tangan?

Sebelum digelar masa kampanye, saya didatangi dua orang anak muda laki dan perempuan, dengan penuh sopan

Editor: Widiyabuana Slay
zoom-inlihat foto Relawan atau Kaki Tangan?
TRIBUNNEWS.COM/HERUDIN
Sejumlah warga yang tergabung dalam Pemuda Kebangsaan berunjuk rasa di depan gedung Kementrian Dalam Negeri, Jakarta Pusat, Selasa (10/7/2012). Mereka menuntut Mendagri memecat Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang bersikap tidak netral atau mendukung salah satu pasangan calon pada Pilkada DKI Jakarta. TRIBUNNEWS/HERUDIN

TRIBUNNEWS.COM - Sebelum digelar masa kampanye, saya didatangi dua orang anak muda laki dan perempuan, dengan penuh sopan santun mengutarakan niat kedatangannya adalah untuk menyampaikan sosialisasi tentang Pilkada DKI 2012 yang lebih menjurus tanya-jawab yang hanya sengaja diarahkan kepada salah satu nama kandidat Akhirnya dua anak muda ini berterus-terang mengaku bahwa dirinya adalah relawan dari tim sukses pemenangan salah satu kandidat Pilkada DKI.

Begitu dua relawan tersebut pamit, memori saya langsung diingatkan kembali pada para relawan saat terjadinya peristiwa kecelakaan pesawat Shukoi di Gunung Salak – Bogor, belum lama ini. Akhirnya muncul dua kesimpulan dari arti kata relawan pada peristiwa pesawat Shukoi dan relawan pada peristiwa Pilkada DKI 2012. Walau keduanya sama-sama relawannya, tapi konteks interest-nya berbeda.

Meski secara terminologis sama-sama relawannya, tapi keberadaan dua istilah ini jelas beda, yang satu atas dasar pertimbangan kemanusiaan, satunya lagi atas dasar pertimbangan kepentingan ideologis, jabatan, sedekah kekuasaan, bisnis, atau semata-mata demi fulus.

Relawan di peristiwa Shukoi itu lebih pada sepi ing pamrih rame ing gawe demi kemanusiaan.
Sedang relawan pada peristiwa Pilkada DKI 2012 adalah orang-orang yang diperkerjakan atau bekerja atas dasar inisiatif sendiri atau kelompoknya untuk kepentingan sebagai tim sukses pemenangan kandidat jagoannya. Jelas, relawan dalam konteks ini lebih bekerja atas dasar pesan sponsor. Itu sudah jadi rahasia umum.

Seperti yang saya alami, dua relawan anak muda ini tidak sekadar memberi kuliah sosialisasi Pilkada, juga yang secara sistematis menyelipkan jurus-jurus yang mengarah demi kepentingan pemberi pesan sponsor. Bahkan tak jarang, keberadaan relawan ini sering diberdayakan sebagai kaki tangan ujung tombak praktik politik uang (money politics). Justru pola-pola semacam ini yang harus kita waspadai penyalahgunaan serangan praktik politik uang.

Pada akhirnya, seperti kata Iwan Fals di lagu “Asik Nggak Asik”, dalam dunia politik kalo nggak ngatur nggak asyik. Dunia percaturan politik tak beda seperti orang main catur, langkah pion nggak bisa mundur dan nggak mungkin kabur, maju terus tak peduli harus jadi korban sebagai umpan. Sementara sang raja tenang gerak selangkah sambil menyematkan hadiah kepada pion-pion relawan. Sementara rakyat nonton jadi suporter kasih semangat jagoannya, walau tahu jagoannya ngibul.

Ingat dan waspadai menjelang hari H, 11 Juli, untuk urusan serangan pamungkas yang satu ini raja tidak akan turun langsung ke lapangan menyematkan hadiah “money politic”, kecuali lewat gerak langkah kaki tangan pion-pion relawannya!

Alex Palit, warga Jakarta, pendiri Forum Apresiasi Musik Indonesia (Formasi)

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved