Wamentan Kagumi Singkong TTS
Dari sekian banyak pangan lokal yang dipajang pada acara pameran pangan lokal di sisi timur Mall Flobamora,
Laporan Wartawan Pos Kupang, Edy Bau
TRIBUNNEWS.COM, KUPANG--Dari sekian banyak pangan lokal yang dipajang pada acara pameran pangan lokal di sisi timur Mall Flobamora, boleh dibilang hanya satu komoditi yang menarik perhatian Wakil Menteri (Wamen) Pertanian RI, Dr. Ruman Heriawan, yakni kehadiran singkong asal Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS).
Hal ini terlihat saat Wamen Heriawan mengunjungi setiap stand yang memajang hasil bumi dan komoditi pangan lokal dari berbagai kabupaten/kota di NTT, Jumat (15/6/2012) pagi.
Tiba di stand milik Kabupaten TTS, sang Wamen tampak tidak percaya dengan ukuran umbi singkong yang super jumbo itu. Ukuran umbi singkong itu bisa mencapai satu meter bahkan lebih. "Ini suntik pakai apa?" tanya sang Wamen sambil tersenyum kepada pegawai yang menjaga stand TTS.
Sang pegawai yang juga ternyata seorang penyuluh pertanian Kabupaten TTS, ini kemudian menjelaskan kepada Wamen bahwa ini ubi lokal TTS yang dibudidaya secara tradisional tanpa sentuhan bahan kimia atau bahan lainnya.
Sang Wamen pun hanya angguk-angguk dan melanjutkan ke stand yang lain. Kepada Pos Kupang, penyuluh pada Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Pertanian Kabupaten TTS, Getrida Kause menjelaskan, singkong dengan ukuran super jumbo itu dalam bahasa daerah setempat disebut lauk hau. Untuk mendapatkan hasil maksimal, ubi itu harus dipanen minimal berumur 14 bulan. "Untuk budidayanya, siapkan lubang berukuran 1x1 meter, diisi dengan pupuk bokasi. Untuk setiap lubangnya cukup ditanami satu sampai dua stek," jelasnya.
Sedangkan untuk menanak, Kause menyarankan sebaiknya kukus saja agar umbinya tidak hancur atau berubah menjadi bubur. Saat membuka kegiatan pameran pangan lokal NTT ini, Wamen Heriawan mengatakan, sangat bangga dengan NTT yang kaya akan potensi pangan lokal. Dia optimis NTT akan maju jika potensi yang ada dikelola secara baik.
Wakil Gubernur NTT, Ir. Esthon L Foenay, M.Si, dalam sambutannya mengatakan, pameran pangan lokal ini selain dilihat sebagai peristiwa bermartabat yang berkaitan dengan perut manusia, juga menyangkut tiga hal pokok, antara lain pertama, makanan merupakan budaya dari suatu komunitas, kedua, makanan merupakan martabat yang berkaitan dengan eksistensi suatu komunitas dan ketiga adalah makanan merupakan peradaban yang menunjukkan kepribadian suatu komunitas.
Dikatakannya, berbicara tentang ketahanan pangan, tentu bicara tentang tiga aspek pokok, yaitu ketersediaan, distribusi dan konsumsi. Artinya, ketahanan pangan dikatakan terwujud bila pangan tersedia dalam jumlah yang cukup dan berkualitas, terdistribusi merata dan terjangkau oleh seluruh masyarakat serta setiap individu tercukupi kebutuhan konsumsinya dalam jumlah dan mutu gizi yang seimbang.
Penanggung jawab kegiatan, Niko B Nuhan yang juga Kepala Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Pertanian Propinsi NTT, dalam laporannya menyampaikan, kegiatan yang berlangsung sejak hari Jumat (15/6/2012) hingga Minggu (17/6/2012), ini dikuti 19 kabupaten/kota minus Sabu Raijua, Nagekeo dan Manggarai Timur. Selain itu ada juga instansi terkait tingkat Propinsi NTT dengan total seluruhnya 30 instansi ditambah kelompok pengusaha. Kegiatan ini disposnsori juga oleh Bank Indonesia (BI), Bank NTT, Askes, Sudi Mampir dan Toko Piet.
Tentang jadwal kegiatan, jelas Nuhan, diawali dengan senam lieng tiem kung, ja'i bersama yang dikuti juga oleh Wamen. Dilanjutkan lomba mewarnai, asah terampil dan lomba sufle. Sedangkan untuk hari kedua, Sabtu (16/6/2012), panita merancang kegiatan berupa temu usaha, lomba cipta menu jajanan kreatif, demo dan hiburan, lomba tarian kreatif, lomba vokal grup dan panggung hiburan.
Di hari terakhir, Minggu (17/6/2012), lomba cipta menu serba ikan, lomba cipta menu B2SA, final asah terampil dan penutupan sekitar pukul 18.00 Wita.
Baca juga: