Sabtu, 4 Oktober 2025

30 Tahun Bergantung pada Air Hujan

HUJAN yang turun pertama setelah kemarau panjang bisa berdampak buruk bagi kesehatan.

Editor: Mohamad Yoenus

Tapi hasilnya tak sesuai dengan harapan. Air yang keluar tidak berbeda dengan di sungai; berbau, berbui dan berwarna.

“Kami sangat berharap perhatian pemerintah. Belum ada bantuan mengatasi krisis air. Paling tidak mendatangkan orang yang benar-benar ahli tentang sumur bor, agar kami kesulitan selama puluhan tahun segera selesai,” katanya.

Jumroni mengisahkan, ia membuat sumur bor tradisional dan menancapkan paralon ke tanah sedalam 10 meter.

Bahkan warga yang memiliki uang lebih pernah membayar pembuat sumur bor hingga Rp 1,5 juta.

Hasilnya mengecewakan seperti sebelumnya.

“Kami tidak tahu apakah lokasi airnya seperti ini, atau kami yang belum bisa menemukan titik air yang bagus,” ujarnya. (*)

Hindari Air Hujan Pertama

Oleh: Andi Wijaya, Dosen Ahli Tanah Unsri

HUJAN yang turun pertama setelah kemarau panjang bisa berdampak buruk bagi kesehatan.

Air hujan tersebut mengandung asam dan beberapa zat seperti belerang (sulfur).

Nitrogen di udara yang bereaksi dengan oksigen membentuk sulfur dioksida dan nitrogen oksida.

Beberapa zat-zat itu berdifusi ke atmosfer dan bereaksi dengan air, lalu membentuk asam sulfat dan asam nitrat yang mudah larut sehingga jatuh bersama air hujan.

Kemudian air hujan yang asam tersebut akan meningkatkan kadar keasaman tanah, dan air permukaan yang terbukti berbahaya bagi kehidupan.

Hujan asam dengan kadar keasaman tinggi bisa menyebabkan gangguan pernapasan pada manusia.

Kabut yang mengandung asam sulfat bersama-sama udara terhisap dan masuk ke dalam saluran pernapasan manusia, hingga merusak paru-paru bahkan menyebabkan luka bakar pada kulit.

Halaman
1234
Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved