Sabtu, 4 Oktober 2025

30 Tahun Bergantung pada Air Hujan

HUJAN yang turun pertama setelah kemarau panjang bisa berdampak buruk bagi kesehatan.

Editor: Mohamad Yoenus

“Bisa cukup untuk dua bulan,” sebut Umi.

Tinggi gentong yang terbuat dari semen itu mencapai hampir dua meter, berdiameter pelukan tiga orang dewasa.

Sebelum mengonsumsi air hujan, warga memang merebusnya hingga mendidih.

Alasannya hanya untuk membunuh kuman atau bakteri yang terkandung di dalam air.

Tapi tak selamanya warga di Jalur mendapat air hujan.

Pada musim kemarau seperti sekarang, mereka hanya memanfaatkan air yang mengendap di gentong.

Bagi keluarga yang memiliki uang lebih, mereka bisa membeli air galonan.

Harganya relatif mahal. Satu galon bisa dijual Rp 15.000-Rp 20.000.

Warga biasanya membeli lebih dari lima galon untuk mencukupi kebutuhan penting seperti makan dan minum.

Persoalan Mandi, Cuci dan Kakus (MCK), mereka terpaksa merapat ke parit selebar dua meter.

Eka (28), warga Jalur lain mengatakan, ia dan beberapa orang pendatang baru kesulitan menyimpan air hujan.

Karena umumnya mereka yang memiliki dua atau lebih wadah penampung, adalah warga lama.

Sedangkan Eka dan pendatang baru lainnya hanya memiliki satu gentong,

“Awalnya minta air sama tetangga yang gentong dan airnya banyak. Lama-lama tidak enak. Mau tidak mau harus beli air galon keliling yang diambil penjual dari Palembang,” sebutnya.

Warga Jalur lain, Jumroni, mengungkapkan ia dan tetangga pernah membuat sumur bor untuk mendapatkan air bersih.

Halaman
1234
Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved