Tribunners / Citizen Journalism
Menempuh Jalan Perdamaian Hingga Tuntas: RIP Kardinal Ayuso
Ayuso yang fasih berbahasa Arab juga paham agama Islam dengan baik sehingga unsur konteks dalam misi perdamaian, terasa dalam
Pandangan Paus Fransiskus dalam seruan perdamaian dunia ke arah Asia Pasifik—tak lagi hanya Eropa dan Timur Tengah—juga hasil sumbangsih saran Kardinal Ayuso.
“Keterbukaannya, kepada Asia, membuatnya dikenal di Asia, termasuk Indonesia.” Ini adalah kalimat Padre Markus Solo Kewuta, SVD, yang lama bekerja di Dikasterium Dialog Antar Umat Beragama. Markus Solo, dikenal di Indonesia sebagai penerjemah Paus Fransiskus dalam kunjungan tiga hari di Jakarta, September lalu.
Selama tiga hari kunjungan di Jakarta, kehadiran Paus Fransiskus dinanti-nantikan umat Katolik di pinggir jalan. Berharap doa dan berkat dari Paus.
Mulai dari ibu-ibu yang sedang hamil, ibu-ibu dan bapak-bapak yang mengajak serta anaknya, sampai anak kecil, menantikan Paus melintas di pinggir jalan.
Dan Paus Fransiskus setiap melintas, meminta laju mobil yang dikemudikan polisi Vatikan melambat, kemudian tak segan mengulurkan tangan memberi berkat tanda salib hingga membagikan Rosario.
Di antara ingar bingar kedatangan Paus, sosok Kardinal Ayuso tak bisa dilupakan. Indonesia, terutama cendekiawan Muslim mengenal Ayuso sebagai penggodok inisiasi persaudaraan antar manusia. Untuk itulah, Kardinal Ayuso dianugerahi Doktor Honoris Causa (Kehormatan) oleh Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga di Yogyakarta pada Februari 2023.
Sebetulnya, tak heran bila Ayuso fasih mengenal Islam. Karena memang Ayuso belajar tentang agama Islam dan juga bahasa Arab.
Pada 2012, Paus Benedektus XVI –sebelum Fransiskus—memindahkan Ayuso dari Institut Kepausan untuk Studi Arab dan Islam (Pisai), dan mengangkatnya sebagai Sekretaris Dewan Kepausan untuk Dialog Antaragama.
Dalam pertemuan dengan Ayuso pada November 2022, selain mendapat bocoran kedatangan Paus, kami—wartawan dalam Paguyuban Wartawan Katolik Indonesia--terkesan dengan upayanya yang tak lelah menerobos barikade pikiran pembeda yang sering membuat antar manusia berselisih.
“Kita perlu berpikiran terbuka. Pelajari dan pahami, kemudian berdialoglah,” kata Ayuso dalam perbincangan waktu itu.
Kardinal Ayuso mungkin memang kurang sehat dalam beberapa tahun belakangan. Jantung sang kardinal sudah beberapa kali mengganggu aktivitasnya.
Pun, saat bemuhibah ke Yogyakarta, mampir di Jakarta, jadwalnya sempat ditunda beberapa bulan.
Tapi, Ayuso memberikan yang terbaik dari dirinya, dalam kelebihannya, memahami agama dan kepercayaan lain. Saat serangan jantung terjadi, sang kardinal sedang di Spanyol.
Setelah sebulan dirawat di Rumah Sakit Gemelli, Roma, Kardinal Ayuso tutup usia pada 25 November 2024. Meninggalkan karya-karya pemikirannya, untuk menghentikan pertikaian antaragama dan menggencarkan dialog antaragama.
Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Menag Nasaruddin Umar Berharap Paus Leo XIV Lanjutkan Warisan Kebatinan Paus Fransiskus |
![]() |
---|
Di Hadapan Umat Katolik, Menag Cerita Momen Haru Bersama Paus Fransiskus Pakai Bahasa Arab |
![]() |
---|
Menag Nasaruddin Umar: Saya Kok Bisa Emosional Kalau Bicara Tentang Paus Fransiskus |
![]() |
---|
Dinilai jadi Suksesor Paus Fransiskus, Pemuda Katolik: Paus Leo XIV Harapan Baru bagi Umat Dunia |
![]() |
---|
Pidato Perdana Paus Leo XIV: Ucapkan Terima Kasih pada Paus Fransiskus hingga Tekankan Perdamaian |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.