Tribunners / Citizen Journalism
Bernalar Berdaya x Neo Historia: Kolaborasi Narasi dan Literasi Hidupkan Sejarah
Acara kolaborasi antara Muda Berdaya dan Neo Historia mengusung tema 'Belajar, Sejarah, Masa Depan Cerah'.
TRIBUNNEWS.COM - Auditorium Mochtar Riady, Kampus FISIP UI, Depok, menjadi tempat digelarnya acara 'Bernalar Berdaya x Neo Historia' yang sukses menginspirasi sekitar dua ratus peserta (28/6).
Acara hasil kolaborasi antara Muda Berdaya dan Neo Historia ini mengusung tema 'Belajar, Sejarah, Masa Depan Cerah,' dengan tujuan menghidupkan kembali minat sejarah di kalangan generasi muda melalui pendekatan yang menyenangkan.
Ryan Batchin, co-founder MudaBerdaya, bersama Daniel Limantara, founder Neo Historia, membuka acara.
Daniel menyampaikan, “Sejarah berada di keliling kita. Apa yang kita rasakan hari ini adalah konsekuensi dari masa lalu.
Kami berdiri untuk mengembalikan sejarah ke masyarakat, agar kembali dipelajari dan menjadi bagian penting dari kehidupan kita”.
Membuka Jendela Sejarah dengan Petualangan Narasi
JJ Rizal, sejarawan dari Universitas Indonesia, membuka narasi dengan mengajak semua untuk merenungkan bagaimana pemuda, dengan semangat dan keberanian, selalu menjadi motor perubahan.
Ahwy Karuniyado dari Hipotesa Media melanjutkan dengan mengkritisi kebiasaan generasi muda yang lebih suka menghabiskan waktu di media sosial ketimbang membaca, menggugah kesadaran akan pentingnya literasi dan empati di dunia maya.
Narasi selanjutnya disampaikan oleh Leonard Alden dari Inspect History yang membahas pentingnya toleransi dalam memahami sejarah.
Leonard mengajak semua untuk melihat sejarah sebagai pelajaran tentang toleransi dan inklusivitas. Sesi beliau membangkitkan partisipasi aktif dari peserta dengan melibatkan peserta dalam sebuah roleplay interaktif.
Dilanjutkan oleh Asep Kambali, Presiden Asep Sedunia dan pendiri Komunitas Historia, menekankan pentingnya sejarah sebagai fondasi masa depan bangsa. Beliau mengkritik kurangnya penghargaan terhadap sejarah di Indonesia dibandingkan dengan negara lain, seperti Amerika Serikat, di mana calon senator harus lulus tes sejarah.
Asep mengingatkan bahwa Indonesia perlu menjaga persatuan melalui pemahaman sejarah. Beliau juga menekankan bahwa sejarah harus diajarkan agar generasi muda mencintai dan memahami bangsanya, serta menyoroti pentingnya 3S: sehat, semangat, dan silaturahim dalam membangun masa depan yang sukses.
Guru Gembul, dengan pengetahuan mendalam dan humor khasnya, membuka wawasan peserta tentang bagaimana sejarah mempengaruhi identitas dan politik suatu wilayah.
Beliau membahas konflik Israel-Palestina yang telah berlangsung selama 4.000 tahun, menyoroti bagaimana sejarah kawasan tersebut membentuk identitas mereka dan terus mempengaruhi politik saat ini.
Beliau juga menekankan bahwa fenomena sejarah cenderung berulang dan pentingnya mempelajari sejarah untuk menganalisis kesalahan masa lalu.
Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya
A member of

Follow our mission at www.esgpositiveimpactconsortium.asia
Sekolah Ilmu Lingkungan UI Paparkan Soal Pengelolaan Limbah hingga Mitigasi Banjir Rob di Bekasi |
![]() |
---|
Rektor UI Heri Hermansyah Jelaskan Soal Dana Abadi, Sumbangan dari Wisudawan Bersifat Sukarela |
![]() |
---|
Heboh Rektor UI Prof Heri Hermansyah Diteriaki Zionis: Minta Sumbangan, Kehadiran Tokoh Pro-Israel |
![]() |
---|
Usai Viral Disoraki Zionis, Rektor UI Heri Hermansyah Unggah Foto Bersama Dubes Palestina untuk RI |
![]() |
---|
Hadiri Pertemuan Kadin, Atta Ul Karim Bawa Misi Kolaborasi Indonesia dan Pakistan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.