Selasa, 30 September 2025

Tribunners / Citizen Journalism

Secuil Kisah Pertemuan, Dubes Maroko dan Menu Sarapan yang "Lezat"

Maroko, menurut Pak Dubes memiliki populasi lebih dari 33.800.000 dan luas 446.550 km2 (172.410 sq mi). Ibu kotanya adalah Rabat.

Editor: Husein Sanusi
Dokumen Pribadi KH. Imam Jazuli.
Pengasuh Pesantren Bina Insan Mulia, Cirebon, K.H. Imam Jazuli, dan rombongan bersama Duta Besar Republik Indonesia (Dubes RI) untuk Maroko, Hasrul Azwar, di Maroko, Jumat (23/12/2022). 

Secuil Kisah Pertemuan, Dubes Maroko dan Menu Sarapan yang "Lezat."

Catatan Perjalanan KH. Imam Jazuli Lc., MA

TRIBUNNEWS.COM - Pertemuan adalah sebuah momen yang luar biasa. Tentu itu bagi yang lama tak bertemu, kemudian hati saling memendam rindu dan waktu menyediakan kesempatan untuk memutar kenangan.

Tetapi pertemuan bagi yang sebelumnya tak saling kenal apakah ada momen luar biasa? Bukankah pepatah bilang: Tak kenal maka tak sayang?

Agaknya, kali ini pepatah agung dari leluhur itu tak selalu benar. Sebab perjumpaan penulis dengan Duta Besar Republik Indonesia (Dubes RI) untuk Maroko, merangkap Republik Islam Mauritania Bapak Hasrul Azwar ini punya cerita berbeda.

Apakah penulis sebelumnya belum tahu Pak Hasrul? Tentu saja tahu. Siapa yang tak tahu beliau? Kiprahnya sebagai politikus dan anggota dewan begitu cemerlang.

Dubes yang telah menjabat sejak dilantik pada 13 Februari 2019 oleh Presiden Joko Widodo ini adalah seorang publik figur alumni IAIN Sumatera dan politikus senior dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

Sebelumnya, beliau juga menjabat sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) selama tiga periode, yakni periode 2004-2009, 2009-2014, dan 2014-2019 yang mewakili daerah pemilihan Sumatra Utara.

Selama berada di parlemen, Pak Dubes Hasrul Azwar duduk di Komisi VIII pada periode 2004-2009 dan 2009-2014, beliau juga sempat menjadi Ketua Komisi tersebut dari tahun 2005 hingga 2009.

Sementara itu, pada periode tahun 2014 sampai 2019, beliau menjadi anggota Komisi III. Pada periode 2009-2014, Pak Hasrul juga adalah Ketua Fraksi PPP di DPR RI dan anggota Badan Anggaran.

Tetapi apakah penulis pernah mengenal sebelumnya? Jawabannya belum. Maka pagi hari jam 9 hari Jumat waktu Maroko itulah momen bertemu secara fisik dan pertama kali mengenal beliau dari dekat.

Tak dinyana sebagai pejabat KBRI nomer wahid, akhlak dan kepribadiannya begitu mengagumkan. Beliau sangat ramah dan supel, menyapa penulis yang hanya guru ngaji dari kampung ini dengan cara yang amat-amat baik.

Penulis disambut seperti tamu penting Kedutaan dan diajak makan bersama dengan menu spesial Maroko sambil bercerita banyak hal, termasuk sejarah berdirinya Kerajaan Maroko dan pergolakan sosialnya. Menu yang komplit dan amat bergizi jiwa-raga bukan?

Bahkan semalam, sebelum pagi itu. Persis waktu menunjukkan jam 21.30 waktu Rabat, penulis sudah dibuat terkejut dengan hadirnya birokrat Kedutaan untuk membantu proses imigrasi penulis dan rombongan saat tiba di Bandara Casablanca.

Kemudian kami sekeluarga dibawa ke penginapan Wisma Kedutaan. Sesuatu yang istimewa bukan? Itu karena, penulis mengatakan, tak selalu benar pepatah lama, tak kenal maka tak sayang itu. Buktinya kami yang sebelumnya belum saling kenal, disambut dengan sedemikian sayang.

Kembali ke soal suguhan menu pagi yang lezat itu, Pak Dubes menceritakan banyak hal soal negara yang kemarin bisa mengejutkan dunia dengan masuk semi final dalam hajatan sepakbola paling akbar di Qatar itu.

Maroko, menurut Pak Dubes memiliki populasi lebih dari 33.800.000 dan luas 446.550 km2 (172.410 sq mi). Ibu kotanya adalah Rabat dan kota terbesarnya adalah Casablanca.

Maroko merupakan negara kerajaan yang terletak di bagian barat laut Benua Afrika dengan garis pantai memanjang dari Samudra Atlantik melewati selat Gibraltar, sampai ke laut tengah. Ibu kota Maroko adalah Rabat, tapi kota besarnya bernama Casablanca.

Maroko juga memiliki sejarah yang berbeda dengan negara-negara tetangganya, seperti Tunisa. Dimana kebudayaan Maroko merupakan campuran antara kebudayaan Arab, Eropa, dan Berber.

Dinasti Berber ini mematahkan kekuasaan al-Murabithun, sehingga menguasai hampir seluruh Afrika Utara. Dinasti ini menganut ajaran tauhid yang keras seperti yang diajarkan oleh Ibnu Tumart, dan kepercayaan pada Mahdi. Pengikut Ibnu Tumart yang menggantikannya adalah Abdul Mukmin, dari suku Zanata. Abdul Mukmin mengembangkan ajaran gurunya ke seluruh Atlas dan Rif (Afrika Utara).

Kerajaan al-Murabithun berpusat di Maroko. Dinasti ini didirikan oleh Abdallah ibn Yasin pada abad ke-11. Wilayahnya membentang dari Maghreb hingga Al-Andalus. Ibu kota Murabithun adalah Marrakesh, kota tempat tinggal penguasa, yang didirikan pada 1062. Kerajaan al-Murabithun mencintai ilmu pengetahuan.

Kerajaan al-Murabithun runtuh setelah mendapatkan serangan dari Al Muwahidun. Afrika Utara pun jatuh ke tangan Daulah Al Muwahhidun (1120-1231 M). Kerajaan Muwahidun juga mengembangkan ilmu pengetahuan. Pusatnya di Perguruan Tinggi Qairawan, Tunisia. Kota Qairawan didirikan oleh Uqbah bin Nafi pada era Daulah Umayyah tahun 670 M.

Pada masa al-Muwahidun, Perguruan Tinggi Qairawan bukan hanya menarik Mahasiswa dari Afrika serta Dunia Islam lain, tetapi juga Eropa. Menurut sumber tersebut, diantara Maha guru dan Mahasiswanya tercatat adalah Ibnu Khaldun, Ibnu Khatib, al-Bitruji, Ibnu Hazm, Ibnu Bajjah, dan Al-Farabi, Ibnu Rusyd, Ibnu Tufail, Ibnu Hazm.

Maroko mempunyai bendera berwarna merah dengan gambar bintang lima sudut berwarna hijau di bagian tengah bendera. Dalam lambang negara Maroko terdapat tulisan jika diterjemahkan ke bahasa Indonesia adalah:"Jika Anda memuliakan Tuhan, Dia akan memuliakanmu."

Ia adalah negara dengan penduduk yang nyaris 100 persen muslim dengan sistem yang paling langkah di dunia, yaitu monarki konstitusional bersamaan dengan parlemen yang demokrasi.

Jadi raja Maroko memegang kekuasaan eksekutif penuh, terutama dalam militer, kebijakan luar negeri dan urusan agama, sedangkan kekuasaan legislatif dan yudikatif berbagi peran dengan dua lembaga parlemen, Majelis Perwakilan Rakyat dan Majelis Anggota Dewan. kendati demikian, Raja sewaktu-waktu dapat mengeluarkan dekrit yang disebut dahirs dan memiliki kekuatan hukum, jika memang kondis darurat.

Sementara secara arkeologis, dahulu kala Maroko adalah daerah yang dihuni oleh suku hominid setidaknya 400.000 tahun yang lalu, akan tetapi rekaman sejarah berdirinya bangsa Maroko dimulai dengan penjajahan Fenisia di pantai Maroko antara abad ke 8 dan 6 SM, meskipun daerah tersebut dihuni oleh Berber asli selama sekitar dua ribu tahun sebelum itu.

Selanjutnya pada abad ke-5 SM, negara-kota Kartago memperluas hegemoni atas wilayah pesisir. Mereka tetap di sana sampai akhir abad ke-3 SM, sementara pedalaman diperintah oleh raja pribumi. Para raja Berber Pribumi memerintah wilayah itu dari abad ke-3 SM hingga 40 M, ketika dianeksasi ke Kekaisaran Romawi.

Pada pertengahan abad ke-5 Masehi, itu dikuasai oleh Vandal, sebelum ditemukan kembali oleh Kekaisaran Bizantium pada abad ke-6. Wilayah itu ditaklukkan oleh kaum Muslim pada awal abad ke-8 M, tetapi memisahkan diri dari Kekhalifahan Umayyah setelah Pemberontakan Berber tahun 740.

Sementara sejarah Maroko kontemporer dimulai dari Perang Dunia II. Maroko merdeka dari Prancis pada 18 November 1956. Tampuk pemerintahan kala itu dipegang oleh Sultan Mohammed V yang selanjutnya dinobatkan sebagai Raja Maroko.

Raja Mohammed V wafat pada tahun 1961 digantikan putranya Raja Hasan II. Pada awal kekuasaannya, situasi politik Maroko diwarnai dengan kekacauan, kudeta, dan upaya pembunuhan.

Pemerintahan pada masa Raja Hasan II ini mengalami puncak kejayaannya, yaitu tahun 1978, ketika Spanyol melepaskan Sahara ke wilayah pengawasan Maroko-Mauritania.

Setelah Raja Hasan II wafat pada tahun 1999, ia digantikan oleh putranya, Mohammed VI, yang berkuasa hingga hari ini.

Tentu masih banyak sejarah Maroko lain yang penting disampaikan Pak Dubes, yang tak mungkin bisa sepenuhnya terwakili disini. Wallahu'alam bishawab.

*Penulis adalah Alumni Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri; Alumni Universitas Al-Azhar, Mesir, Dept. Theology and Philosophy; Alumni Universiti Kebangsaan Malaysia, Dept. Politic and Strategy; Alumni Universiti Malaya, Dept. International Strategic and Defence Studies; Pengasuh Pondok Pesantren Bina Insan Mulia, Cirebon; Wakil Ketua Pimpinan Pusat Rabithah Ma’ahid Islamiyah (Asosiasi Pondok Pesantren se-Indonesia); Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Periode 2010-2015.*_

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan