Rabu, 1 Oktober 2025

Tribunners / Citizen Journalism

Pameran Karya Seni Rupa 'Tidak Harus di Atas Rel', Ketika Disrupsi Meniscayakan Kreasi dan Inovasi

Pameran dibuka oleh Konselor Kerja Sama dan Kebudayaan Direktur IFI Stephane Dovert, Jumat (2/9/2022).

Editor: Hasanudin Aco
HO
Konselor Kerja Sama dan Kebudayaan Direktur IFI Stephane Dovert sedang mengamati lukisan karya Kembang Sepatu berjudul “Flexing” (mixed media, 100 x 100 cm, 2022). 

TRIBUNNEWS.COM - Disrupsi teknologi 4.0 meniscayakan kreasi dan inovasi.

Termasuk di dunia seni rupa. Mereka yang statis tanpa kreasi dan inovasi akan terlindas oleh laju roda zaman.

Sebab itu, tak harus di atas rel merupakan keniscayaan.

Demikianlah amanat “suci” dari Pameran Karya Seni Rupa “Tidak Harus di Atas Rel” yang digelar di Institut Francais Indonesia (IFI) di Jalan Wijaya I, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, 2-15 September 2022.

Pameran dibuka oleh Konselor Kerja Sama dan Kebudayaan Direktur IFI Stephane Dovert, Jumat (2/9/2022).

Pameran ini menampilkan karya-karya unggulan tiga perupa, yakni Chryshnanda Dwilaksana, Ireng Halimun dan Kembang Sepatu yang sudah malang-melintang di dunia pameran seni rupa.

Baca juga: Mengenal Lukisan-lukisan Karya Raden Saleh, Penangkapan Pangeran Diponegoro hingga Berburu Banteng

Chyshnanda sendiri adalah perupa berlatar belakang polisi atau bhayangkara dengan pangkat brigadir jenderal atau bintang satu di pundaknya.

Sedangkan Ireng Halimun dan Kembang Sepatu adalah lulusan jurusan seni rupa Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Ireng “nyambi” sebagai penulis dan penyair, sedangkan Kembang Sepatu “nyambi” sebagai guru.

“Memang, disrupsi teknologi begitu cepat, melampaui ekspektasi dan prediksi. Hal baru dan kebaruan menjadi sesuatu kekuatan untuk dapat bertahan bahkan tumbuh dan berkembang.

Demikan juga dengan seni sebagai pilar peradaban tatkala hanya statis dan begitu-begitu saja akan dianggap kuno, menyebalkan, membosankan, dan ditinggalkan,” kata Kembang Sepatu dalam rilisnya, Senin (12/9/2022).

Kreativitas dan inovasi yang menginspirasi, kata KS, panggilan akrab Kembang Sepatu, merupakan proses disrupsi yang dinamis.

“Seni merupakan bagian dari kehidupan demi semakin termanusiawinya manusia. Proses kreatif dapat memberdayakan segala sesuatu dalam kehidupan sehari-hari. Konseptual, kontekstual, dan peradaban manusia dapat diekspresikan pada karya yang dapat menembus batas, ruang, dan waktu. Dalam proses kreatif diperlukan media untuk menjembataninya agar dapat didialogkan lebih luas, juga untuk mem-‘branding’, mengemas, dan memasarkannya,” jelasnya.

Menurut KS, konsep “Tidak Harus di Atas Rel” bukan sebatas materialnya, melainkan pada konsep dan konteks yang ada dalam gatra kehidupan di semua lini.

“Tidak Harus di Atas Rel’ merupakan upaya mencari dan menemukan sesuatu yang baru.

“Tentu saja imajinasi dan cara berpikir konseptual dan kontekstual di luar ‘mainstream’, ‘out of the box’, bahkan ‘no box’ namun tetap berpegang pada keutamaan (core value)-nya. Semua itu memang sudah semestinya dilakukan dengan konsisten dan komitmen tinggi,” paparnya.

Halaman
12

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved