Senin, 6 Oktober 2025

Tribunners / Citizen Journalism

Yauwaika! Salam Wisata dari Enggano

Mari menyebut Bali, gugusan kepulauan di Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku, Maluku Utara juga Papua.

Editor: Hasanudin Aco
Ist
Menuju Pulau Enggano, salah satu surga tersembunyi di Indonesia. Selain objek wisata yang memanjakan batin dan mata, ada pula Taman Berburu. 

Cessna Caravan adalah pesawat bermesin turboprop tunggal, fixed-gear dan merupakan pesawat regional jarak pendek sayap tinggi (high wing) yang diproduksi oleh Cessna di Wichita, Kansas, Amerika Serikat.

Setiba di Enggano, rombongan Doni Monardo menuju Hotel Wisata Berlian, milik Bambang. Dandim Bengkulu Utara, Letkol Inf Made Mahardika (Akmil 2001) beserta sejumlah personil Koramil Enggano ikut menjemput. Jangan Anda bertanya hotel kategori bintang, sebab penginapan di Enggano masih setaraf hotel melati. Meski begitu, cukup representatif dan nyaman.

Karena penginapan yang relatif kecil, suasananya penuh nuansa kekeluargaan. Seperti biasa jika berkunjung ke daerah, saya mengakses hingga ke dapur.

Di dapur hotel ini pula saya ikut turun tangan memasak memakai kayu bakar, yang menebar aroma mak-nyusss. Tentu dibumbui adegan perih di mata akibat asap kayu bakar.

Hari pertama kami memasak sup kepala ikan, lanjut ayam kampung digoreng. Kali lain mengolah daging kambing. Benar, pada hari ketiga kunjungan, kami memotong dua ekor kambing yang dibeli dari warga. Doni Monardo meminta untuk dijadikan hidangan sate, gulai, dan sop tulang.

Semua hidangan di atas selalu didampingi emping goreng dan aneka olahan jengkol: semur jengkol, jengkol balado, jengkol rebus, dan jengkol mentah. Maklum, jengkol terbilang melimpah di pulau yang satu ini.

De Houtman

Yauwaika!!! Adalah salam khas masyarakat Enggano. Pekik salam yang maknanya “Selamatlah Kita Semua”. Mirip-mirip pekik Aloha di Hawaii. Mirip-mirip pekik wa-wa-wa masyarakat Papua.

Tersebutlah, Enggano adalah satu di antara 17.000 pulau yang ada di Indonesia. Letaknya di lepas laut Bengkulu, sebagai pulau terluar yang berhadapan langsung dengan Samudera Hindia.

Dibilang istimewa karena memang memenuhi semua syarat untuk disebut demikian. Di luar keindahan alamnya, Enggano memiliki hikayat yang tak dipunyai semua pulau.

Pertama ihwal nama. “Enggano!”, adalah sebuah kata yang diucapkan dengan nada kesal oleh pelaut Portugis, sesaat setelah menjejakkan kaki di pulau itu.

Arti kata “enggano” dalam bahasa Portugis adalah “menyesatkan”. Benar. Mereka merasa tersesat ternyata di pulau itu tidak ada emas dan rempah. Yang mereka tuju sebenarnya adalah pulau Sumatera. Nama itu kemudian melekat sampai hari ini.

Selain Enggano, nama lain adalah Telania, yang dalam bahasa melayu artinya telanjang. Nama itu dikaitkan dengan nenek moyang suku Enggano dalam kesehariannya. Sedangkan, penduduk asli menamakan pulaunya dengan nama Elope yang berarti bumi.

Adalah Cornelis de Houtman, menasbihkan nama Enggano untuk pulau itu. Dan nama itulah yang dikenal hingga hari ini.

De Houtman seorang penjelajah Belanda yang menemukan jalur pelayaran dari Eropa ke Nusantara, dan berhasil memulai perdagangan rempah-rempah bagi Belanda. De Houtman tercatat menginjakkan kakinya di Enggano pada 5 Juni 1596.

Halaman
1234

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved