Tribunners / Citizen Journalism
Virus Corona
Keterbukaan, Angka-angka yang Melandai, dan Harapan Menjauhi Kegentingan
Lorong-lorong di rumah sakit tidak lagi riuh dengan pasien Covid-19 yang mengantre masuk ke Instalasi Gawat Darurat.
Penulis:
Budi Raharja, warga Jakarta
PENERAPAN Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat memang belum juga dicabut. Yang terjadi hanya pergantian nama, menjadi PPKM Level 4. Seandai seblak, tingkat 4 jelas terasa pedas luar biasa.
Namun, di awal pekan, beragam kabar baik datang dari Balai Kota.
Dari tempat Gubernur Anies Baswedan berkantor, beragam angka yang selama ini menjengkelkan perlahan melandai.
Dari tayangan akun Pemerintah Provinsi DKI Jakarta di Youtube, juga yang disampaikan di stasiun televisi, Anies menyampaikan kabar-kabar baik tentang pandemi Covid-19 di gelombang yang kedua.
Meski tidak benar-benar menyenangkan tapi berbagai kabar itu cukup melegakan hati.
Anies menunjuk keadaan yang terjadi di berbagai rumah sakit di Jakarta.
Berdasarkan pemantauannya dan juga yang terlihat di tayangan CCTV atau kamera pengintai, lorong-lorong di rumah sakit tidak lagi riuh dengan pasien Covid-19 yang mengantre masuk ke Instalasi Gawat Darurat.
Keadaan yang berbeda. Jika di dua pekan silam, selasar IGD terlihat penuh.
Anies dalam video itu menjelaskan, saat ini selasar IGD relatif kosong sehingga pasien sudah bisa langsung masuk ke IGD.
"Di dalam IGD juga hanya beberapa orang pasien dan situasi ini terlihat di banyak rumah sakit di Jakarta," ujar Anies.
Baca juga: Perbedaan PPKM Level 1 sampai 4 serta Daftar Wilayah yang Dilabeli PPKM Level 3 dan 4 di Jawa Bali
Penurunan pun terjadi dalam tingkat keterisian tempat tidur atau bed occupancy rate (BOR) di rumah sakit.
Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria menyebut turunnya keterisian tempat tidur untuk isolasi pasien COVID sudah 73 persen.
Kasus aktif – atau jumlah pasien Covid yang belum sembuh, juga menurun.
Sebelumnya, di situs corona.jakarta.go.id, kasus aktif berada di puncak pada 16 Juli lalu dengan jumlah mencapai 113 ribu kasus aktif.
Hingga Ahad lalu, tercatat menukik pada angka 64 ribu.
Juga dalam jumlah mereka yang dimakamkan dengan mengikuti protap Covid-19, yang rata-rata sebelumnya di atas 350 per hari, kini menurun di kisaran 200.
Termasuk yang tak kalah penting dalam soal vaksinasi – yang saat ini mulai merambah jumlah yang lebih banyak, yakni 7,1 juta jiwa.
Berita yang menyenangkan tidak begitu saja dipercayai kalangan politisi.
Beberapa orang yang meragukan angka-angka itu masih harus ditelaah langsung di lapangan.
Biarlah itu menjadi konsumsi mereka.
Kabar baik ini tak lain merupakan buah dari upaya keras banyak orang.
Pemerintah pusat – yang juga didukung oleh pemerintah provinsi dalam menerapkan PPKM, juga dari kepatuhan warga yang meski dengan berat hati, menunjukkan hasil.
Satu hal yang patut dicatat dari semua berita baik ini adalah keterbukaan.
Anies menyebutkan dalam banyak data yang disampaikan adalah senyata-nyatanya, tidak ada yang ditambah-tambah juga tanpa ada yang dikurangi. Apa adanya.
Itu juga yang kemudian disampaikan Anies tentang makna di balik penurunan angkaangka yang ada.
Menurut dia, semua pelandaian yang terjadi bukanlah pertanda semua telah aman. Sama sekali, belum.
Kasus aktif masih berada di pusaran angka 46 ribu.
Sebanyak itu pula, orang yang dinyatakan terpapar Covid-19 dan belum dinyatakan sembuh. Masih tinggi, memang.
Apalagi jika dibandingkan dengan jumlah angka positif tertinggi di masa gelombang pertama tahun lalu, yang mencapai 23 ribu. Atau dua kalinya.
Baca juga: Singgung Soal PPKM Level, Mendagri: Memang Tidak Enak, Tapi Harus Kita Lakukan
Pun dengan positivity rate yang mencapai 25 persen.
Jumlah ini masih jauh dari yang ditetapkan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO), yang berada di angka di bawah 5 persen.
Jadi, benar seperti yang dikatakan Anies, angka-angka yang melandai ini bukan lantas disikapi dengan cepat-cepat puas.
Justru sebaliknya, untuk mencapai angka-angka ideal yang sebenarnya masih jauh, tetap diperlukan upaya-upaya yang lebih keras lagi.
Satu lagi, seperti kata anak-anak muda Jakarta, jangan kasih kendor.
Toh, semua kerja keras yang sudah dilakukan banyak pihak – yang juga memakan banyak korban, akan menjadi sia-sia ketika semua menjadi terlena dan lalai.
Semua harus bersatu dalam perang melawan pandemi yang sudah berlangsung hingga tahun kedua ini.
Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.