Kamis, 2 Oktober 2025

Tribunners / Citizen Journalism

Virus Corona

Kampungku Kampung Covid?

Selama ini keluarga saya berupaya pakai masker, sering cuci tangan, dan hindari kerumunan. Di kampung, semua ini gak berlaku.

Editor: Dewi Agustina
Surya/Ahmad Zaimul Haq
Warga mengikuti pelaksanaan program Serbuan Vaksinasi Covid-19 di lapangan Prapat Kurung, kawasan Pelabuhan Tanjung Perak, Kota Surabaya, Jawa Timur, Kamis (24/6/2021). Vaksinasi Covid-19 yang dihadiri Kepala Staf Angkatan Laut, Laksamana TNI Yudo Margono dan Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa merupakan kerja sama antara Kementerian Kesehatan, TNI-Polri, dan BNPB yang menargetkan masyarakat umum, serta pekerja di lingkungan pelabuhan itu guna mempercepat program pemerintah untuk mencapai kekebalan komunal menuju Indonesia sehat bebas Covid-19. Surya/Ahmad Zaimul Haq 

Kebetulan, bulek (bibik) saya 1.000 hari lalu meninggal. Rabu malam ada acara baca Tahlil di rumahnya. Ini tradisi turun temurun yang sampai sekarang masih terjaga dengan baik.

Di acara ini diundang sekitar 200 orang warga kampung. 31 orang izin gak datang karena sakit. Gejalanya mirip covid. Batuk, dada sesak, sebagian mengaku hilang penciuman dan pengecap.

Gawat! Selama ini keluarga saya berupaya pakai masker, sering cuci tangan, dan hindari kerumunan. Di kampung, semua ini gak berlaku.

Selesai salat subuh berjama'ah di musala, saya ngobrol dengan dua orang tetangga.

Baca juga: Kemenkes Ungkap Covid-19 Varian Delta Cenderung Menular pada Anak-anak, Warga Diminta Waspada

Yang satu cerita: "aku pingin nganggo masker, tapi liyane ora ono sing gowo masker, ora kepenak". (saya ingin pakai masker. Tapi karena semuanya gak pakai masker, saya gak enak. Akhirnya ikut gak pakai masker).

Yang satu nyahutin: "Iku Pak Pur, ning ngendi-ngendi nganggo masker, malah mati". (Itu Pak Pur, kemana-mana pakai masker, malah meninggal).

Di setiap mushalla dan masjid, ada tempat cuci tangan standar covid. Bupati Jepara yang menyiapkan. Sudah lama sekali. Tapi, saya coba pakai, ada yang teriak: "gak ada airnya. Disini gak ada yang makai". Nah...

Serba salah. Rasa-rasanya, hanya saya dan keluarga yang pakai masker. Ada satu-dua orang lainnya, sepertinya itu bukan warga asli kampung.

Setiap orang ketemu, ngajak ngobrol, dan jaraknya berdekatan. Mereka gak pakai masker. Suaranya kenceng lagi. Maklum, orang kampung. Dropletnya kemana-mana. Terus piye?

Yang paling miris adalah anak saya paling kecil yang tanggal 27 Juni ini genap berusia 4 tahun.

Hanya dia yang pakai masker di tengah bermain tanpa jarak fisik dengan saudara-saudara sepupunya yang seusia.

Berangkulan, saling pegang tangan, biasa namanya juga anak-anak sedang bermain. Satu kena covid, yang lain bisa kena semuanya. Menular ke orang tua, baru itu akan jadi masalah.

Akhirnya saya terpaksa putuskan untuk segera balik ke Jakarta. Hanya semalam menginap di kampung. Setidaknya, saya harus hindarkan dulu keluarga saya dari kemungkinan tertular covid.

Berencana balik lagi ke kampung, tapi sendiri. Relatif bisa jaga diri jika sendirian.

Apa pesan dari cerita ini? Pertama, bahwa covid tidak hanya ada di kota, tapi juga ada di desa. Boleh jadi di desa lebih banyak jumlah warga yang terpapar.

Halaman
123

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved