Kamis, 2 Oktober 2025

Tribunners / Citizen Journalism

Fenomena Neo Khowarij NU dan Khittoh 1926

Gagasan kembali ke Khittah 1926 dari segelintir internal Kyai NU adalah gagasan ideal.

Editor: Husein Sanusi
Istimewa
KH. Imam Jazuli, Lc. MA, Pengasuh Pondok Pesantren Bina Insan Mulia, Cirebon 

Golongan mayoritas yang berpikir kritis memandang siapapun orangnya, termasuk ormas keagamaan, memerlukan perjuangan multidimensional. NU pun demikian. Sebagai ormas besar, anggota NU memiliki karakter beragam, secara pemikiran, sikap keagamaan, bahkan pilihan politik. Karenanya, berbagi ranah perjuangan jauh lebih relevan daripada mengarahkan kapal NU ini ke satu dimensi Sosial-Keagamaan semata, dan mengabaikan dimensi politik.

Problem utama ormas NU saat ini, bukan saja perseteruan dengan kelompok kecil neo khawarij "NU garis lurus" yang sekarang berubah nama menjadi Komite Khitthah 1926. Tetapi, analisis para pakar yang menyebut NU terbagi aliran kiri liberal, kanan fundamental, dan tengah moderat, juga sebuah persoalan besar. Meributkan keragaman ideologi dan kubu-kubu dalam tubuh NU tidaklah etis, sebab ormas NU sendiri adalah teladan dalam mencontohkan persatuan dalam keragaman. Bagaimana mungkin mengusung slogan menjaga keutuhan NKRI, sementara keutuhan ormas sendiri gagal dipertahankan. Bagaimana mungkin menghargai perbedaan suku bangsa, agama dan keyakinan bangsa, sementara perbedaan ideologi di internal NU sendiri gagal dilestarikan.

Hemat penulis, melihat rekam jejak ormas NU yang mulai dilirik dunia internasional, perhatian negara superpower yang besar terhadap Banser dan GP Anshor, serta tokoh-tokoh muda NU yang secara intelektual mendapatkan tempat dalam kancah politik Nasional dan Internasional, maka segelintir kyai NU yang mengatasnamakan NU garis lurus dan berubah wujud menjadi komite khittah 1926, mohon jangan menjadi batu hambatan. Apalagi dengan mendirikan organisasi tandingan NU, ingatlah siapapun yang merusak NU akan kuawat dan mencerderai seluruh warga nahdiyyin, Segala persoalan internal jangan sampai bocor ke mata publik. Apakah betul-betul sulit masalah internal kita diselesaikan secara kekeluargaan?.[]

*Pengasuh Pondok Pesantren Bina Insan Mulia, Cirebon.

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved