Tribunners / Citizen Journalism
Makna Harga Mati untuk Kedaulatan di Natuna
Lebih jauh lagi, tahun 1293 M., invasi Kekaisaran Tiongkok-Mongol di bawah Dinasti Yuan juga tumbang di Tanah Jawa
Penulis menyadari, berbicara nilai-nilai spiritual-religius kepada sebuah negara komunis adalah tindakan sia-sia. Sementara di sisi lain, UNCLOS sebagai standar ukuran hidup bersama sebagai komunitas internasional “tidak berlaku” di mata RRT. UNCLOS tidak bisa diandalkan sepenuhnya karena dinilai tidak sah menurut China.
Ketika UNCLOS tidak sah di mata China, maka dunia internasional harus memaknai bahwa maklumat PBNU ini merupakan penegasan ulang makna gerakan politik Non-blok. Perlawanan terhadap RRT bukan berarti afiliasi RI kepada Amerika sebagai musuh bebuyutan China. Begitu pula, perlawanan terhadap RRT bukan seruan perang kepada Rusia cs., atau negara-negara afiliasi China dalam memerangi kebijakan Amerika.
Maklumat PBNU ini patut diapresiasi, karena membangkitkan lagi spirit perjuangan yang digali dari peristiwa Resolusi Jihad tahun 1945. Hadratus Syeikh Hasyim Asy’ari menyerukan wajib jihad kepada seluruh kiai dan santri di saentero negeri untuk membela tumpah darah mereka. Membela dan mempertahankan kemerdekaan bangsa adalah fardhu ‘ain, dan mati karenanya adalah syahid.
*Penulis adalah Alumni Universitas Al-Azhar, Mesir; Alumni Universiti Kebangsaan Malaysia, Dept. Politic and Strategy; Alumni Universiti Malaya, Dept. International Strategic and Defence Studies; Pengasuh Pondok Pesantren Bina Insan Mulia, Cirebon; Pimpinan Pusat Rabithah Ma’ahid Islamiyah (Asosiasi Pondok Pesantren se-Indonesia); Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Periode 2010-2015.
Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.