Tribunners / Citizen Journalism
Rendang Dari Padang, Buah Tangan Sang Jenderal
Dari kota Palu jalan darat hampir dua jam kemudian tiba di Desa Bolapopu Kecamatan Kulawi Kabupaten Sigi.
Cari Akar Masalahnya
Sebenarnya tidak ada agenda Kepala BNPB Doni Monardo ke Sigi. Namun ketika melakukan kunjungan ke banjir bandang di Kabupaten Limapuluhkota dan Solok Selatan, pada Kamis 12 Desember malam, ia beroleh berita banjir bandang di Sigi Sulteng.
Sebagai mana instruksi Presiden Jokowi, BNPB sebagai institusi yang mewakili pemerintah pusat wajib segera hadir di lapangan terdampak bencana. Seketika Doni memutuskan, Jumat malam harus kembali ke Jakarta. Padahal, jadwal semestinya baru Sabtu sore.
Sebab Doni sudah berjanji kepada Walikota Pariaman untuk hadir dalam acara Hari Nusantara 2019 pada Sabtu pagi.
Berangkatlah rombongan Doni Monardo meninggalkan Padang kembali ke Jakarta. Sesampai di Jakarta, jam menunjuk pukul 23.15. Sementara, penerbangan ke Palu direncanakan pukul 03.00.
Akhirnya, Doni Monardo dan rombongan pun memilih tidak pulang ke rumah, dan transit di bandara menunggu hingga dinihari.
Nah, saat di Sumbar, Doni didampingi Wakil Gubernur Drs. H. Nasrul Abit gelar Datuk Malintang Panai. Wagub tahu, Doni mempercepat jadwal kepulangan ke Jakarta karena keesokan harinya langsung meninjau korban banjir bandang dan longsor di Sigi.
Saat itulah, Wagub Nasrul Abit bercerita kejadian gempa, tsunami, dan likuifaksi di Palu tahun lalu. Nasrul membawa 1.000 kg rendang ke Palu dan dibagi-bagikan kepada para pengungsi.
Sumbangan itu sekaligus menunjukan rasa empati yang dalam kepada Gubernur Sulawesi Tengah Longki Djanggola yang daerahnya tengah tertimpa musibah. Tapi tentu rendang yang diboyong ke Palu ini, sama sekali tak ada kaitannya kalau kebetulan, istri Gubernur Sulteng juga berasal dari Minang.
Doni mendengarkan kisah itu, dan spontan memesan rendang untuk buah tangan ke Sigi keesokan harinya.
Tak pelak, Doni bisa merasakan, betapa senang warga pengungsi demi mendapatkan kiriman rendang. Maklumlah, mereka hidup dalam tenda darurat dengan menu jamak mie instan.
Demi terangkutnya bingkisan rendang sebanyak 260 kg, semua anggota rombongan diminta menenteng koper masing masing masuk kabin pesawat. Alhamdulillah, rendang terangkut aman dalam bagasi tanpa biaya tambahan over weight.
Nah, kembali ke soal musibah di Sigi. Doni dengan ekspresi yang sangat-sangat serius mengajak masyarakat dan aparat terkait untuk meningkatkan kesiapsiagaan.
Waspada bencana harus menjadi mentalitas bangsa Indonesia, termasuk warga Sigi. Karena negara kita memang rawan bencana, dan akan mengalami tragedi musibah yang berulang. Tinggal menunggu waktu, kecuali ada perubahan perilaku total, tidak menebang pohon dan mulai menanam pohon baru.
Doni benar. Sebab, kejadian banjir bandang dan longsor di Sigi, ternyata juga bencana berulang. Kejadian serupa terjadi tahun 2011, di tempat yang sama. Ketika itu bahkan menelan tujuh korban jiwa.
Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.