Minggu, 5 Oktober 2025

Tribunners / Citizen Journalism

Membaca Manuver Surya Paloh

Ledekan Sohibul itu dijawab Surya bahwa Nasdem tetap berada di dalan koalisi tetapi akan bersikap kritis.

Editor: Hasanudin Aco
Chaerul Umam
Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh saat memberikan kuliah umum kebangsaan bertajuk 'Tantangan Bangsa Indonesia Kini dan Masa Depan', di Kampus UI Salemba, Jakarta Pusat, Rabu (14/8/2019). 

Oleh: Karyudi Sutajah Putra

TRIBUNNEWS.COM - Menjelang pengumuman kabinet baru Presiden Joko Widodo-Wakil Presiden KH Ma'ruf Amin, Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh kian gencar melancarkan manuver politik.

Satu tangan ibarat menyodorkan madu, tangan lainnya ibarat menuang racun.

Madu? Surya mengajukan sejumlah kadernya kepada Jokowi untuk dipilih menjadi menteri, yakni Siti Nurbaya Bakar yang kemudian ditunjuk kembali menjadi Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Syahrul Yasin Limpo yang kemungkinan menduduki kursi Menteri Pertanian, dan Jhonny G Plate yang kemungkinan menjadi Menteri Komunikasi dan Informasi.

Racun? Surya mengaku partainya siap menjadi oposisi di luar pemerintahan.

Baca: Sekjen Nasdem: Kalau Semua Masuk Kabinet Kita Oposisi

Sontak, pernyataan Surya ini direspons keras oleh Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto yang mempersilakan Nasdem hengkang dari koalisi parpol pendukung pemerintah.

Sekjen Partai Nasdem Jhonny G Plate kemudian datang menjadi pemadam kebakaran dengan menyatakan partaimya tetap berada di dalam koalisi.

Entah ada angin darimana, Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Sohibul Iman mengicaukan kabar tentang rencana kunjungan Surya Paloh bersama 10 kadernya ke kantor PKS, Rabu (30/10/2019) pekan depan.

Sohibul berkisah, saat pelantikan Jokowi-Ma'ruf sebagai Presiden-Wapres RI di Kompleks DPR/DPD/MPR, Senayan, Jakarta, Minggu (20/10/2019), dirinya duduk bersebelahan dengan Surya.

Saat itu Surya membisikkan rencananya itu ke Sohibul yang kemudian ia meledek Surya, apa Nasdem mau menemani PKS di luar pemerintahan?

Ledekan Sohibul itu dijawab Surya bahwa Nasdem tetap berada di dalan koalisi tetapi akan bersikap kritis.

Mitra kritis? Lalu apa bedanya dengan oposisi loyal? Bedanya, bila mitra kritis mendapatkan kursi di kabinet, oposisi loyal tidak. Jelas lebih untung Nasdem daripada PKS, bila PKS memang akan menjadi oposisi loyal.

Langkah politik Nasdem menjadi mitra kritis, bila memang jadi dilakukan, pernah ditempuh Partai Amanat Nasional (PAN) pada periode pertama pemerintahan Jokowi yang berpasangan dengan Jusuf Kalla.

Saat terjadi reshuffle kabinet, PAN menyorongkan kadernya, Asman Abnur, sebagai Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Namun menjelang berakhirnya masa pemerintahan Jokowi-JK, PAN menarik kembali Asman dari kabinet.

Selama kadernya berada di kabinet, sikap kritis PAN di parlemen tidak menyurut. Bahkan PAN kerap menggebuki kebijakan pemerintah bersama partai oposisi lainnya, yakni PKS dan Partai Gerindra.

Halaman
123

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved