Kamis, 2 Oktober 2025

Tribunners / Citizen Journalism

Antara "Petruk Dadi Ratu" dan "Misteri Ratu Adil"

Buku terbitan tahun 2013 dan 2014 cetakan pertama ini masih punya nilai baca. Malah menurut saya, kedua buku ini cukup menggelitik

Editor: Toni Bramantoro
foto Alex Palit
Kover buku Petruk Dadi Ratu dan Misteri Ratu Adil 

Dan di sub judul buku “Petruk Dadi Ratu” disebutkan bahwa sosok kepemimpinan Petruk sebagai “Polah-tingkah Penguasa yang Tidak Mampu”.  

Sebagai “Ratu” (baca: pemimpin atau penguasa), kepemimpinan “Petruk Dadi Ratu” itupun berjalan dan bertahan hanya dalam satu putaran, yang di bait akhir lirik lagu ditandai dengan datangnya Bagong menyeret Petruk; Ukume kuasa / Wekasan si Bagong teka / Si Petruk digeret / Bali dadi menungso / Jreng jreng jreng jreng...!!!

Itulah sepenggal kisah “Petruk Dadi Ratu” dari cerita yang ada!

Misteri Ratu Adil

Dalam pemahaman masyarakat tradisionil persepsi tentang “Ratu Adil” sering digambarkan sebagai sosok pemimpin pencerah dan penyelamat yang mampu membawa kedamaian, kemakmuran, kesejahteraan, keadilan, mengayomi dan mententeramkan sebagaimana menjadi tumpuhan harapan rakyat. 

Impian dan harapan akan datangnya pemimpin “Ratu Adil” itu sendiri mengacu pada ramalan Raja Kediri – Prabu Jayabaya (1135 – 1157).

Meski saat ini sudah zaman now, zaman internet dan serba digitalisasi, namum masih banyak di antara masyarakat kita meyakini keberadaan misteri mitos kepemimpinan “Ratu Adil”.  

Misteri mitos “Ratu Adil” ini senantiasa bergulir menjadi perbincangan saat jelang pemilihan presiden. Sudah tentu interpretatif “Ratu Adil” yang lahir dari budaya kontemplasi spiritual nenek moyang ini ditafsirkan secara plastis dalam konteks zaman, zaman now.

Dalam ramalan Jayabaya disebutkan bahwa simbolisasi “Ratu Adil” ini adalah sosok pemimpin dengan karakter yang disimbolisasikan bersenjatakan trisula;

Pertama, berkarakter Satria Bayangkara yaitu sosok pemimpin yang memiliki kewibawaan dengan bersikap tegas, adil, mengayomi rakyatnya, juga berjiwa pemaaf terhadap lawan-lawan politiknya dengan spirit tepo seliro dan mikul dhuwur mendhem jero.

Kedua, berkarakter Satria Panandita adalah sosok pemimpin yang tidak korup, menjunjung nilai-nilai etika dan moralitas, religius, amanah dalam mengemban tugas demi kesejahteraan rakyat.

Ketiga, berkarakter Satria Raja adalah sosok pemimpin berjiwa negarawan yang mengabdi demi rakyat, bukan menjadi abdi negara demi kekuasaan yang korup.

Sementara kalau mengacu ramalan Sabdo Palon sebagaimana tertulis di “Serat Darmogandul” dikatakan kemunculan “Ratu Adil” ini juga akan dibekali senjata trisula sebagai simbolisasi personifikasi dirinya, yaitu; benar, lurus, dan jujur.

Prihal “Ratu Adil”, Agustina Soebachman juga mengutip dan menuliskan di kover bukunya pernyataan pledoi “Indonesia Menggugat” - Bung Karno; Apakah sebabnya rakyat senantiasa percaya dan menunggu-nunggu datangnya “Ratu Adil”, apakah sebabnya sabda Prabu Jayabaya sampai hari ini masih terus menyalakan harapan rakyat?

 Tak habis-habisnya menunggu-nunggu atau mengharap-harapkan datang pertolongan, sebagaimana orang yang berada dalam kegelapan tak berhenti-hentinya pula saban jam, saban menit, saban detik, menunggu-nunggu dan mengharapharap : “kapan, kapankah matahari terbit?” 

Halaman
123

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved