Minggu, 5 Oktober 2025

Tribunners / Citizen Journalism

5 Mitos Tentang Kanker Darah

Salah satu tipe kanker yang paling ganas yaitu leukemia, dengan Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) mencatatkan adanya peningkatan jumlah

mahosot.com
Ilustrasi leukemia 

Dikirimkan oleh Ardhini Hapsari

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kanker adalah penyebab kematian terbesar kedua di dunia, dan ketujuh di Indonesia.

Salah satu tipe kanker yang paling ganas yaitu leukemia, dengan Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) mencatatkan adanya peningkatan jumlah kasus baru dan kematian akibat leukemia secara menahun antara 2010-2013.

Baca: Kerap Alami Penolakan di Beberapa Kota, Ahmad Dhani Buka Suara

Walaupun banyak orang telah mengenal namanya, masih banyak pula mitos ataupun kesalahpahaman yang beredar di publik terkait tipe kanker ini.

Sebagai bagian dari komitmennya untuk membantu pasien kanker mendapatkan hasil klinis yang paling optimal, Parkway Cancer Centre (PCC), salah satu pusat perawatan kanker swasta terkemuka dari Singapura, hari ini menyelenggarakan sesi informasi publik di Jakarta untuk membongkar sejumlah mitos yang paling umum ditemui tentang kanker darah.

1. Leukemia sama dengan kanker darah

Di Indonesia, kata ’leukemia’ sering digunakan untuk menyebut ’kanker darah’. Padahal, faktanya kanker darah adalah sebuah terminologi dengan cakupan yang lebih luas.

“Leukemia hanya salah satu tipe kanker darah, dan bukan satu-satunya kanker darah itu sendiri,” kata Konsultan Senior Hematologi PCC Dr Lim ZiYi.

Beliau menambahkan, kesalahpahaman ini muncul karena leukemia adalah tipe yang paling banyak didengar publik.

Selain leukemia, ada dua tipe kanker darah lainnya, yaitu limfoma (kanker kelenjar getah bening) dan myeloma. 

“Secara umum, kanker darah merujuk pada tipe kanker yang mengganggu produksi dan fungsi sel darah. Pada kebanyakan kasus, sel abnormal, atau kanker, tumbuh tidak terkontrol sehingga mengganggu pembentukan sel darah sehat. Akibatnya, sel darah tidak bisa menjalankan fungsinya, seperti mencegah infeksi atau pendarahan,” sambung Dr Lim.

Leukemia sendiri merupakan tipe kanker darah yang mengganggu fungsi sel darah putih, akibat pertumbuhan sel darah putih abnormal yang terlalu cepat.

Sementara, limfoma mempengaruhi kerja kelenjar getah bening dan sistem limfatik yang berfungsi mengurangi kelebihan cairan dalam tubuh dan memproduksi sel imunitas.

Sedangkan, myeloma mempengaruhi sumsum tulang dan dapat tumbuh di berbagai bagian tubuh yang memiliki sumsum tulang seperti tulang panggul dan tulang belakang. Karena dapat tumbuh di beberapa bagian pada saat bersamaan, myeloma sering disebut pula sebagai ’multiple myeloma’.

2. Orang tua yang mengidap kanker darah pasti akan mewariskannya pada anak

Banyak orang percaya bahwa kanker darah adalah sebuah penyakit turun-temurun, di mana kemungkinan terjangkit akan lebih besar jika orang tua yang bersangkutan juga mengidap kanker darah. 

”Dengan pengecualian sejumlah kasus yang amat langka, kanker darah bukan penyakit warisan dan tidak akan diturunkan oleh pasien ke anak mereka,” kata Konsultan Hematologi PCC Dr. Colin Phipps Diong.

”Kelainan atau mutasi kromosom yang terdeteksi pada pasien kanker darah terjadi secara spontan dan tidak diwariskan oleh orang tua. Berbeda dengan kanker tipe padat, kanker darah memiliki keterkaitan rendah dengan kebiasaan merokok. Bahkan, tak banyak faktor risiko yang diketahui untuk kanker darah. Beberapa faktor risiko yang sudah terbukti dapat memicu kanker darah adalah paparan terhadap kemoterapi, radiasi, atau zat kimia tertentu yang digunakan di industri petrokimia seperti benzena,” sambung Dr Phipps.

3. Kanker darah baru bisa terdeteksi pada stadium akhir

Dalam banyak kasus, pasien terlambat mengetahui bahwa mereka memiliki kanker darah. Tak jarang, pasien justru mengetahui hal ini ketika mereka melakukan pemeriksaan untuk penyakit lain. Salah satu penyebabnya adalah rendahnya pemahaman tentang kanker darah dan gejalanya, serta pentingnya melakukan pemeriksaan medis rutin yang mencakup pula pengecekan jumlah sel darah.

Baca: Kerap Alami Penolakan di Beberapa Kota, Ahmad Dhani Buka Suara

”Sayangnya, kanker darah bisa saja ditemui di pasien yang tidak mengalami gejala apapun. Namun, tidak selalu demikian. Sejumlah pasien menunjukkan gejala-gejala seperti demam berkepanjangan, keringat dingin di malam hari, kelelahan yang tak kunjung hilang, penurunan berat badan secara drastis yang tak direncanakan dan, terkadang, pembengkakan kelenjar getah bening,” kata Dr. Colin Phipps Diong.

”Jika hasil cek darah Anda menunjukkan ketidaknormalan, dan Anda mengalami gejala-gejala yang saya sebutkan, sebaiknya Anda segera berkonsultasi dengan dokter.”

Dokter kemudian akan melakukan serangkaian tes lanjutan, termasuk biopsi sumsum tulang belakang, untuk memastikan diagnosis keberadaan kanker darah.

4. Kanker darah sama dengan hukuman mati

Berkat berbagai terobosan di ilmu kedokteran, kanker darah – bahkan limfoma tipe Hodgkin yang dulunya mematikan – kini telah menjadi sebuah kondisi yang dapat disembuhkan.

”Saat ini, kanker darah termasuk ke dalam penyakit yang memiliki kemungkinan besar untuk disembuhkan. Tingkat kesuksesannya telah meningkat pesat, didukung oleh kemajuan di bidang kemoterapi dan pengobatan lainnya,” kata Dr Colin Phipps Diong.

”Namun, semua ini tergantung pada apakah pasien mendapatkan perawatan yang sesuai dengan kondisi spesifik dirinya. Ini adalah faktor kunci yang utama, selain mendapatkan diagnosis awal yang tepat. Untuk kasus limfoma tipe Hodgkin, tingkat kesembuhan berkisar antara 75%- 96%, tergantung pada stadium mana kanker tersebut didiagnosis dan diobati.”

5. Hanya keluarga yang dapat menyumbangkan sumsum tulang belakang, dan prosesnya amat menyakitkan

Transplantasi sumsum tulang belakang, yang dikenal juga dengan transplantasi sel punca (stem cell) alogenik, adalah salah satu perawatan yang paling efektif untuk mengobati kanker darah. Sel sumsum tulang belakang yang sehat akan diambil dari donor, dan kemudian ditanamkan pada pasien kanker darah.

”Berlawanan dengan mitos yang beredar, pasien bisa mendapatkan sel punca dari donor yang tidak memiliki hubungan darah, atau bahkan mendapatkan sel punca hematopoetik (haemotopoietic stem cells/HSC) dari stok darah tali pusat yang tersimpan di bank darah tali pusat,” kata Dr Lim ZiYi, yang membantu mengembangkan salah satu pusat transplantasi sel punca hematopoietik alogenik terbesar di Eropa.

Proses donasi sumsum tulang belakang merupakan prosedur bedah yang menempatkan donor di bawah kondisi bius total, dan biasanya hanya membutuhkan waktu satu hari.

”Beberapa donor mungkin mengalami rasa sakit atau kelelahan sebagai efek samping dari proses pemberian obat/terapi beberapa hari sebelum operasi, yang berfungsi mendorong produksi sel darah mereka. Namun, kebanyakan donor merasa baik-baik saja setelah proses donasi sumsum tulang belakang dilakukan,” sambung Dr Lim. 

”Transplantasi sel punca adalah sebuah terapi medis yang rumit dan mutakhir, serta telah menjadi opsi perawatan krusial yang kami tawarkan pada para pasien di PCC Haematology and Stem Cell Transplant Centre,” ujar Dr Lim ZiYi.

”Kini, kami menangani rata-rata 50 kasus tiap tahun, termasuk kasus transplantasi dengan donor dari diri sendiri (autologous) maupun transplantasi alogenik yang lebih rumit.”

”Dengan kemahiran kolektif yang dimiliki para dokter onkologi kami dan tim paramedis profesional yang berasal dari berbagai disiplin medis, PCC hadir untuk membantu meningkatkan pemahaman pasien akan kanker, opsi perawatan yang ada, dan yang paling penting, menyediakan perawatan kesehatan terbaik,” tutupnya. 
 

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved