Tribunners / Citizen Journalism
Pondok Modern Tazakka Gelar Tasyakuran HUT TNI
KH. Anizar Masyhadi dalam sambutannya sebagai tuan rumah menekankan pentingnya persatuan dan kebersamaan.
"Selama jadi tentara 27 tahun, baru kali ini saya diundang oleh masyarakat untuk menghadiri HUT TNI, biasanya saya yang ngundang, ini malah diundang, apalagi ini oleh pesantren, luar biasa. Semoga ini bisa ditiru seluruh penjuru nusantara" ujarnya.
Ia memaparkan bahwa akhir-akhir ini ada upaya-upaya untuk mencerai-beraikan bangsa terutama dengan masifnya berita bohong di medsos dan upaya lain untuk menghambat kemajuan Indonesia. Dalam persaingan global bangsa maju akan memperebutkan SDA yang ada dan di Indonesia semua tersedia. "Ibaratnya, Indonesia ini gadis cantik yang menjadi rebutan semua lelaki" tukasnya.
Kolonel Suhardi mengingatkan pesan Panglima Besar Jenderal Sudirman agar jangan menjadi penghianat bangsa dengan cara keluar dari ikatan kebangsaan, seperti halnya lidi yang terpisah dari ikatan sapu.
"Sebatang lidi tidak akan berarti apa-apa tetapi sebatang sapu dapat membersihkan semuanya, kita satukan lidi-lidi bangsa untuk menjaga bangsa ini menumbuhkan kegotongroyongan yang menjadi ciri khas bangsa ini agar maju dan sejahtera" tandasnya.
Maulana Habib Luthfi bin Yahya dalam tausiahnya mengingatkan bahwa bersyukur jangan hanya dengan lisan saja. Tetapi, bersyukur harus diwujudkan dalam tindakan nyata dan kerja keras untuk memajukan bangsa ini.
Ulama kharismatik dari Pekalongan itu menekankan pula agar bangsa ini jangan lupa dan melupakan sejarahnya sendiri.
"Ojo ngasi kepaten obor, kelangan obor (jangan sampai obor penerang kita mati, apalagi hilang)" pesannya.
Sebab, jika obornya mati atau hilang maka bangsa ini akan berjalan tak menentu arahnya, seperti dalam gelap gulitanya malam. Menurutnya, Indonesia sangat kuat, maka jangan sampai diobok-obok oleh bangsa lain, untuk itu jangan sampai negara ini dijual dan segala kekurangan bangsa harus diperbaiki bersama-sama.
Habib menekankan bahwa seharusnya semua elemen bangsa ini meniru lautan, yang mempunyai jati diri tetap asin walaupun digeruduk oleh ribuan sungai dan air banjir sekalipun.
Jati diri sebagai bangsa Indonesia yang ramah, majemuk, toleran dan saling gotong royong inilah yang harus dipertahankan, tidak boleh luntur dari seluruh anak bangsa Indonesia.
"Jangan sampai TNI, Polri dan ulama dibenturkan, apalagi antar ulama sendiri diadu-domba, itulah cara menggembosi bangsa ini. Andaikata saya, misalnya, dizinkan menjadi juru bicara para pahlawan pendahulu itu, saya akan katakan: jangan kecewakan kami" pungkasnya.
Beberapa tokoh yang hadir juga ikut memberikan statemennya pada Silaturahim Kebangsaan malam itu.
Ketua Muhammadiyah Batang H. Nasikhin mengutip Mantan Ketua Umum Muhammadiyah Prof. Dr. Din Syamsuddin, bahwa dalam tubuh Muhammadiyah mengalir darah TNI, dan dalam tubuh TNI mengalir darah Muhammadiyah.
"Salah satu kader TNI yang berasal dari Muhamadiyah adalah Panglima Besar Jenderal Sudirman, salah seorang pahlawan yang berjuang mengusir penjajah dengan spiritualitas yang tinggi. TNI dan Polri serta masyarakat ke depan harus semakin kuat."
Ketua RMI Tegal yang juga merupakan salah satu Ketua Forum Silaturahim Kiai Muda Pengasuh Pesantren se Jawa Tengah, KH. Syamsul Arifin mengapresiasi inisiatif Tazakka yang berhasil merekatkan semua elemen masyarakat.
"Inilah peran nyata pesantren untuk Indonesia, dan tentu saja inilah peran ulama, dari dulu ulama selalu mengayomi dan mempersatukan, maka bangsa ini jangan sampai jauh dari ulama dan pesantren agar tetap utuh ke depan" ujarnya.
Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.