Tribunners / Citizen Journalism
Buruh Tidak Bisa Hidupi Keluarga Jumhur Ingatkan Pemerintah Bahaya Huru-hara
Tokoh buruh, Mohammad Jumhur Hidayat bersuara keras dari Riau
Ditulis oleh : Ricky Tamba
TRIBUNNERS - Tokoh buruh, Mohammad Jumhur Hidayat bersuara keras dari Riau.
Saat HUT ke-43 Federasi Serikat Pekerja Transport Indonesia - Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (FSPTI-KSPSI) di Hotel Ratu Mayang, Pekanbaru, Sabtu (27/2/2016), ia mengatakan bahwa gerakan buruh jangan dianggap enteng.
"Jangan anggap enteng gerakan kaum buruh! Kita berorganisasi juga untuk tentukan arah bangsa. Karena itu penting untuk analisa perkembangan ekonomi politik kita, untuk perjuangkan kesejahteraan pekerja atau buruh Indonesia," ujarnya.
Data terkini, KSPSI adalah konfederasi terbesar di Indonesia beranggota 3 juta orang di 34 provinsi dan 463 kabupaten atau kota.
Dia menilai, tingkat ketimpangan yang menurut pemerintah berada di angka 0,5 sangat membahayakan, yang menurutnya berpotensi huru hara.
Salah satu penyebabnya, banyak pekerja tidak dapatkan pendapatan yang cukup untuk hidupi keluarga
"Agar negara aman, maka pekerja harus sejahtera. Bunga tinggi bank di Indonesia seperti rentenir merugikan, karena keuntungan banyak diambil bank, bukan perusahaan peminjam modal. Kita harus juga perjuangkan agar bunga bank turun, sehingga pengusaha berikan kesejahteraan pekerja. Itu yang dinamakan berjuang dengan cerdas," saran aktivis 80-an tersebut.
Terkait Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), tambah Jumhur, Pemerintah Indonesia gagal secara politik karena bidang pekerjaan yang bebas lintas negara adalah yang Indonesia mengalami kekurangan sehingga akan diisi pekerja asing, sementara yang kelebihan tak masuk perjanjian.
"Kalau dialog tak bisa, harus sedikit teriak-teriak agar mudah-mudahan didengar. SPTI jaya pekerja sejahtera, Indonesia bergelora," tuturnya.
Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.