Jumat, 3 Oktober 2025

Tribunners / Citizen Journalism

Calon Presiden 2014

Pemilu, Capres, dan Seikat Bayam

Pileg 2014 tinggal sebentar lagi. Para calon pemimpin legislatif dan presiden berebut memenangi pemilu. Berlomba lebih mengenal rakyat

zoom-inlihat foto Pemilu, Capres, dan Seikat Bayam
WARTA KOTA/ANGGA BN
Ilustrasi

TRIBUNNEWS.COM - Pemilu Legislatif (Pileg) 2014 tinggal sebentar lagi. Para calon pemimpin legislatif dan presiden berebut memenangi pemilu. Berlomba lebih mengenal rakyat, dan menjadi solusi bagi bangsa.

Di antara banyak calon pemimpin negeri ini, dua kandidat capres sering menjadi perhatian publik. Dia adalah Joko Widodo dan Prabowo Subianto. Keduanya berasal dari Jawa.

Jika tak salah, Joko Widodo bukan keturunan bangsawan. Sementara Prabowo masih  trah Sultan Agung Mataram, dari jalur ayahnya, Seomitro Djohohadikoesoemo.

Bagi orang Jawa, urusan 4B; bibit, bebet, BEBET, bobot merupakan  faktor penting memilih pemimpin. Biasanya 4B ini faktor penentu bila mencari menantu.

Dua kandidat ini punya karakter yang beda. Jokowi, Capres yang dulu mengaku nggak suka copras capres, tapi suka blusukan, keluar masuk pasar, bagi-bagi buku tulis, dan menjadi media darling. Prabowo, Capres  yang gagah, gahar, tegas, nggak lebay, nggak peragu, nggak pakai pencitraan dan manipulasi survei-survei bayaran, kuat, visioner, juga suka keluar masuk pasar.

Pemimpin mana yang Anda suka? Silakan tentukan sendiri. Mulai 9 April mendatang, meski disebut pemilu legislatif, suara Anda sangat ditunggu dua kandidat capres ini. Perolehan suara partainya, PDIP dan Gerindra, akan sangat membantu dua kandidat menghilangkan praktik "dagang sapi" yang bernama koalisi transaksional.

Jika suara PDIP dan Gerindra kurang dari 25%, sulit bagi keduanya maju sendiri untuk mengusung Jokowi dan Prabowo. Mereka minimal harus mendapatkan 25% suara pemilu atau 20% kursi di parlemen.

Anda bisa memilih partai lain seperti Demokrat, Nasdem, PKS, PBB, Hanura, PPP, PKB, PAN, PKPI, dan yang lainnya. Namun, bisa dipastikan tak ada partai yang tak berkoalisi. Syarat pencalonan capres sangat berat, dan gugatan Yusril Ihza Mahendra, di Mahkamah Konstitusi, baru saja ditolak.

Jika terjadi koalisi, dipastikan akan terjadi power sharing. Dalam bahasa lebih media acap kali disebut praktik dagang sapi. Meski di parlemen tak ada belantik, dagang sapi sering kali dipraktikkan.

Sebelum Anda mencoblos kertas suara, bayangkan Anda bisa mengurangi praktik politik dagang sapi atau bisa juga menghentikannya. Sebaliknya, Anda juga bisa memperbesar praktik power sharing ini. Caranya mudah saja. Anda bisa hanya memilih Jokowi dengan mencoblos PDIP atau memilih Prabowo dengan mencoblos Gerindra. Lupakan partai lainnya.

Sebaliknya, jika Anda ingin pemilu presiden terjadi dua putaran, dan politik dagang sapi semakin tinggi, pilihlah semua partai. Lupakan menghemat anggaran pilpres dan lupakan Capres hanya Jokowi dan Prabowo. Masih banyak pilihan Capres selain mereka berdua. Ada Aburizal Bakrie, Wiranto, Hatta Radjasa, Dahlan Iskan, Anies Baswedan, dan lain-lainnya.

Namun, para Capres itu juga bisa bersama-sama dalam satu pasangan capres-cawapres. Misalnya Jokowi berpasangan dengan Anies Baswedan, atau Prabowo dengan Dahlan Iskan.

Jadi suara Anda dalam pemilu legislatif sangat menentukan siapa calon presiden ke depan. Suara Anda dalam pemilu presiden, juga sangat menentukan arah politik dan masa depan bangsa ini.

Jadi, pastikan Anda memilih dan menentukan pemimpin yang Anda yakini baik dan bisa membawa perubahan terbaik bagi bangsa ini.

Namun, sebelumnya, saya sarankan Anda mengecek apakah para kandidat Capres itu mengetahui harga seikat bayam hari ini?

Halaman
12

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved