Tribunners / Citizen Journalism
Calon Taruna Akpol Wajib Long March Boyolali - Magelang, Mengapa?
Dalam diklatdasbhara, para calon taruna Akpol melakukan long march dari Bumi Perkembahan Indraprasta, Boyolali ke Seminari Mertoyudan, berjarak 50 km.
Kesetiaan serta loyalitas mereka kepada raja dan kerajaan adalah syarat yang tidak boleh diganggu-gugat. Dan, kesetiaan yang tidak terbantahkan itu merupakan ujud nasionalisme Majapahit. Sebagai bukti, Gajahmada harus membunuh salah satu anggota Bhayangkaranya yang tidak tunduk pada perintah karena akan membelot ketika pemberontakan Ra Kuti terjadi.
Lebih jauh lagi, anggota Bhayangkara tentu memiliki spirit pluralis, yang tidak membedakan agama, golongan dan suku. Pada jaman Majapahit, penganut agama Hindu ataupun Budha saling menghormati dan hidup berdampingan. Sehingga pada jaman itu muncul agama baru yang namanya Siwa-Budha (sinkritisme antara agama Hindu-Budha). Wujud keberagaman juga terlihat di kota Ujung Galuh (Surabaya) yang menjadi salah satu bandar perdagangan terbesar Majapahit yang didatangi berbagai suku, ras dan bangsa.
Dengan kata lain, menjadi pasukan Bhayangkara bukan lagi soal seragam, pekerjaan dan atau senjata, tetapi persoalan jiwa dan pilihan hidup. Sehingga menjadi Bhayangkara adalah panggilan hidup sepanjang usia - mengabdi bangsa dan negara melalui masyarakat.
Saya kira masyarakat dengan senang akan mengapresiasi anggota polisi yang mempunyai jiwa Bhayangkara, seperti adil kepada semua suku, agama dan golongan serta tidak pandang bulu dalam menumpas kejahatan ataupun ancaman yang mengacaukan masyarakat.
* Ketua Pelaksana Gerakan Ekayastra Unmada (Semangat Satu Bangsa).
Tulisan ini terkait dengan Hari Bhayangkara atau HUT ke-67 Polri, Senin (1/7/2013).
Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.