Sabtu, 4 Oktober 2025

Tribunners / Citizen Journalism

Geliat Islam di Rusia

Namun, selama 4 tahun di Rusia, saya masih melihat sejuta keindahan dan keunikan

Editor: Dahlan Dahi
zoom-inlihat foto Geliat Islam di Rusia
IST
Aji Surya, penulis buku Geliat Islam di Rusia.

Tentang Buku
"GELIAT ISLAM DI RUSIA"

* M. Aji Surya

Berbicara tentang Rusia bagi sebagian besar kita adalah bicara tentang sebuah kegelapan, warna hitam, keburaman dan hal-hal lain yang bersifat "keengganan". Masa komunisme menyisakan sejarah kelam hingga jet Sukhoi dan satelit Telkom-3 yang mengalami kegagalan.

Namun, selama 4 tahun di Rusia, saya masih melihat sejuta keindahan dan keunikan yang ingin saya bagi dengan saudara-saudara saya di Indonesia melalui sebuah tulisan, baik itu di media ataupun buku.

Buku keenam saya kali ini tentang Islam di Rusia. Sebuah fenomena unik dan sangat layak untuk ditekahui oleh bangsa Indonesia. Bukan hanya karena muslim Indonesia adalah penduduk mayoritas, namun semangat juang dan banyak nilai yang perlu dipahami. Pengalaman adalah guru terbaik.

Dari perspektif sejarah, Islam datang di Rusia pada abad ke-7 di sebuah kota bernama Derbent. Banyak teori tentang ini, namun sebuah kuburan sohabat Nabi Muhammad di kota tersebut dan sebuah masjid disana menguatkan sebuah bukti sejarah.

Di daerah yang hingga kini penduduknya mayoritas Islam ini, masih ada beberapa orang yang menyatakan memiliki garis keturunan dengan nabi Muhammad via sohabat yang meninggal disana. Tidak pernah terbayangkan saya akhirnya dapat bertemu dengan "cicit" nabi di Rusia.

Islam mengambil kekuasaan pertama kali di daerah Volga di bawah seorang raja dari wilayah Asia Tengah, Mongolia, yaitu Berke Khan pada abad ke VIII. Dialah raja pertama yang memeluk Islam sufi dan mendalami ajaran ini di daerah Bukhara. Inilah cikal bakal dari Kesultanan Kazan (1438-1552) dimana Islam menjadi agama negara.

Islam di Rusia lebih tua dari Islam di Indonesia dan lebih tua dari Kristen Ortodoks di Rusia. Islam adalah bagian sejarah Rusia yang tidak mungkin terpisahkan.

Sebelum Kristen Ortodoks dipilih oleh Tsar (raja Rusia) sebagai agama resmi, Islam sempat ditimang-timang sebagi agama negara. Namun karena Islam mengharamkan babi dan minum alkohol yang sudah menjadi tradisi lama suku Rusia maka, Islam kemudian ditolak sebagaimana Yahudi, Katolik dan Budha.

Inilah mengapa sampai saat ini kita bisa memahami mengapa Islam merupakan mayoritas kedua di negeri Beruang Putih (bukan merah lagi).

Islam bersama agama lain di Rusia sempat mengalami stagnasi 74 tahun dibawah kekuasaan komunis. Revolusi Bolschevic adalah sebuah awal dari malapetaka bagi peradaban Islam. Masjid yang berjumlah kisaran 10 ribu di seantero negeri hancur dan hanya sisa 100-an. Buku-buku agama dibakar, imam dikejar-kejar.

Dakwah sebuah kemuskilan. Agama lain juga mengalami kejadian serupa, gereja Ortodoks terbesar, Khram Krista Spasitelya, dirobohkan dan kemudian jadi kolam renang terbuka terbesar di dunia.

Selama satu generasi agama digerus mesin politik, namun ternyata iman tidak bisa enyah. Inilah sebuah keajaiban, keunikan dan kenyataan. Jumlah umat Islam bukan menyurut, tapi bertambah. Ternyata iman yang ada dalam dada tetap membuncah walau bedil setiap hari diacungkan. Dakwah bawah tanah selama rezim komunis ampuh rupanya.

Ketika perestroika dan glasnost muncul, Islam kembali muncul dan kini jumlahnya diperkirakan 25 juta, 18 persen dari populasi Rusia, atau nyaris sama dengan penduduk Malaysia dan Saudi Arabia.

Memang, karena ada gap pembelajaran Islam selama 74 tahun, maka pengetahuan Islam masyarakat Rusia tidak semaju di Indonesia. Masyarakat Islam disana nyaris mirip muslim Indonesia tahun 1960an yang masih abangan dan kadang banyak membicarakan tentang perbedaan mazhab.

Inilah mengapa, idealnya  mereka belajar agama Islam di Indonesia. Selain Islam berkembang pesat disini, Indonesia sama dengan Rusia dalam multikultur, multietnis dan multireligi.

Kini, di Rusia, Islam mulai berkembang cukup pesat baik dalam hal demografis maupun kehidupan kemasyarakatan. Pada saat umat Ortodoks mengalami penurunan jumlah,
 kemudian mematik isu bahwa dalam 50 tahun kedepan Islam akan jadi mayoritas. Wallahu a'lam bisawab.

Moskow saat ini menjadi kota dengan 2 juta muslim, atau kota terbesar penduduk muslimnya di Eropa. Di hampir semua kota, orang Islam tumbuh bagai cendawan di musim hujan. Beberapa wilayah malah saat ini hampir seratus persen berpenduduk Islam. Orang Islam bahkan banyak yang manjadi anggota parlemen, gubernur, milyarder dan aneka profesi lainnya.

Organisasi keislaman juga tumbuh subur. Sekarang ada lebih dari 300 organisasi kemasyarakatan yang menginduk pada tiga pusat (Moskow, Ufa, Dagestan). Mereka dimpimpin oleh kyai yang dinamakan mufti. Tidak hanya itu, selain mengurusi soal ibadah khusus dan pembangunan masjid, mereka sudah mulai merambah kegiatan bisnis. Ada yang mengeluarkan sertifikat halal, halal expo, MTQ internasional dan juga muslim fashion show.

Masjid di Rusia saat ini diperkirakan sudah hampir kembali sebelum terjadinya Revolusi Boschevic atau pada kisaran 7 ribu. Jumlah jamaah haji sudah melebihi kuota atau 35 ribu. Universitas Islam yang besar ada di 4 tempat. Madrasah sudah menjadi bagian dari masjid. Dan orang kaya Islam mulai menyembul.

Buku ini, saya harapkan menjadi jembatan pemahaman masyarakat Islam Indonesia atas saudaranya di Rusia. Buku ini merupakan adalah buku pertama tentang Islam di Rusia. Buku ini tidak sekomprehensif yang Anda bayangkan. Saya mohon maaf.(*)

* Buku diluncurkan Di Grand Hyatt Jakarta, 13 Agustus 2012)

Tentang Penulis:

Alumnus Pondok Modern Gontor, UII, UI dan UGM. Buku yang sudah diterbitkan: 1, Vodka Cinta dan Bunga, Rusia Kontemporer, 2. Moskow, Petersburg, Vladivostok, 3, Seruling Diplomat, 4, Panduan Hemat Keliling Rusia, 5, Segenggam Cinta dari Moskwa. 6. Geliat Islam di Rusia. Penulis kolom: From Moscow With Love (RMOL), Salam Dari Rusia (detik.com), ratusan features di majalah dan media elektronik.

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved