Senin, 6 Oktober 2025

Blog Tribunners

Natal 2010

Benarkah Natal Memberi Damai di Indonesia?

Natal tahun 2010 terasa begitu mengiris hati dan memaksa tetes air mata kembali bergulir.

Penulis: Hening Ratri
zoom-inlihat foto Benarkah Natal Memberi Damai di Indonesia?
TRIBUNJOGJA/HASAN SAKRI
Dengan peralatan senter, anggota Gegana Polda Jateng melakukan penyisiran di gereja Santo Petrus, Solo, Jumat (24/12/2010).
TRIBUNNEWS.COM - Natal tahun 2010 terasa begitu mengiris hati dan memaksa tetes air mata kembali bergulir. Bagaimana tidak, hari Raya yang seharusnya dapat di rayakan dengan suka cita, penuh gembira namun berbanding terbalik.

Rasa khawatir terus menyergap di antara doa dan nyanyian yang di lantunkan. Bahkan lilin yang dinyalakan seolah menambah lirih suara mencekat tenggorokan.

Bagi Pendeta Palti Panjaitan dari Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Philadelpia, Tambun, Bekasi. Natal ini menjadi sejarah pedih baginya. Persoalan kekerasan dan pelarangan ibadah menjadi konflik panjang sepanjang tahun.

"Saya sempat meneteskan air mata, ketika melantunkan lagu malam kudus" ungkapnya.
Lagu itu begitu syahdu dan lembut mengusik rasa jemaat HKBP. Ditengah gempita menyambut juru selamat Yesus Kristus. Ibadah di tanah terbuka ditrotoar pernah mereka lakukan, karena gereja pernah di segel oleh pemerintah.

Keharuan menyergap jemaat HKBP Pondok Timur Bekasi, malam ini mereka dapat beribadah dengan sedikit aman. Menurut Pendeta Erwin Marbun, ibadah berjalan lancar tanpa gangguang dari kelompok lain. "meskipun begitu kami merasa belum nyaman" ungkapnya melalui telepon.

Kecemasan masih menyergap jemaat Gereja Kristen Yasmin, Bogor. Karena hingga saat ini mereka belum dapat menggunakan ruangan gereja untuk beribadah menyusul dikabulkannya gugatan mereka di Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Bandung, beberapa waktu lalu. Kemenangan di PTUN tidak serta merta menyurutkan langkah walikota Bogor untuk membuka segel gereja.

"Kami akan menyelenggarakan ibadah besok malam, mohon doa dan dukungannya" ujar pendeta Jayadi Damanik.

Perayaan Natal dengan kecemasan masih terus menghantui jemaat diberbaagi tempat. Banyaknya aparat yang berjaga tidak menjadikan jaminan bahwa mereka akan aman beribadah.

Pendeta, jemaat dan setiap orang yang peduli tentunya merasa resah dengan situasi ini. Dimana perayaan agama tak juga dirasakan dengan aman dan suka cita. Beberapa gereja harus menikmati Natal di pinggir jalan, seperti di GKI Yasmin dan di sejumlah gereka di Ranca engkek, Bandung, Jawa Barat.

Aparat mungkin berjaga di setiap gereja dengan jumlah personil yang tidak sedikit, tapi bila rasa aman itu tidak juga mampu dihadirkan, jadi untuk apa mereka hadir?

Kita hanya selalu berharap bahwa setiap pemimpin daerah mampu menjadi pengayom semua golongan dan agama. Bukankah mereka menjadi pemimpin daerah untuk semua agama, bukan kelompok tertentu? Selayaknya mereka menjalankan fungsinya dengan adil.

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved