Minggu, 5 Oktober 2025

DPR Minta Pemerintah Evaluasi SOP Destinasi Wisata Ekstrem Usai Insiden WN Brasil di Gunung Rinjani

DPR desak dilakukan evaluasi Standard Operating Procedure (SOP) di destinasi wisata ekstrem berkaca kasus tewasnya Juliana Marins di Gunung Rinjani.

Penulis: Reza Deni
Kolase Tribunnews (Dokumentasi Brimob Polri NTB)
EVAKUASI WNA BRAZIL DI GUNUNG RINJANI - Jenazah pendaki asal Brasil, Juliana Marins (27) yang terjatuh di Gunung Rinjani telah berhasil dievakuasi oleh Tim SAR Gabungan pada hari ini, Rabu (25/5/2025), tepatnya pada pukul 16.20 WITA. DPR desak dilakukan evaluasi Standard Operating Procedure (SOP) di destinasi wisata ekstrem berkaca kasus tewasnya Juliana Marins di Gunung Rinjani. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Komisi VII DPR RI Yoyok Riyo Sudibyo mendesak dilakukannya evaluasi terhadap Standard Operating Procedure (SOP) di destinasi wisata ekstrem.

Hal itu dikatakan Yoyok setelah insiden tewasnya warga negara Brasil, Juliana Marins, akibat jatuh di Gunung Rinjani, Lombok, Nusa Tenggara Barat. 

Politikus NasDem itu mengatakan, insiden tersebut merupakan peringatan keras bagi semua pihak agar lebih serius memperhatikan keselamatan wisatawan, terutama di destinasi dengan risiko tinggi.

"SOP bagi wisata ekstrem perlu dievaluasi betul-betul. Pengawasan harus ditingkatkan. Harus ada pemandu atau guide tour yang dinamakan porter. Pendamping tidak boleh meninggalkan siapapun sendirian,” ujar Yoyok kepada wartawan, Selasa (1/7/2025).

Dia mengatakan pendaki juga harus mentaati segala peraturan sebelum naik gunung yang ditentukan di basecamp masing-masing pengelola. 

"Biasanya peraturannya dituliskan oleh pengelola yang dipasang di basecamp,” ucap dia.

Baca juga: 7 Pendaki Meninggal Dunia di Gunung Rinjani dari 2021 hingga 2025

Apalagi, kata Yoyok, insiden serupa kembali terjadi hanya beberapa hari setelah kejadian Juliana ketika seorang pendaki asal Malaysia berinisial NAH dilaporkan terpeleset di jalur yang sama. 

"Seharusnya pengelola mampu menangani situasi darurat, termasuk tertib mengenai kawasan alam dengan risiko medan dan cuaca,” tutur Yoyok.

Yoyok lantas meminta Kementerian Pariwisata segera mengkaji manajemen krisis dan mengambil langkah konkret agar insiden ini tidak berdampak besar pada citra pariwisata Indonesia di mata dunia.

Menurut dia, kejadian ini menunjukkan masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh Pemerintah, terutama dalam sektor wisata ekstrem.   

"Kita punya banyak sekali potensi wisata, termasuk gunung-gunung yang memiliki daya tarik bagi wisatawan yang suka mendaki. Jadi harus ada pembenahan terhadap perencanaan untuk kejadian darurat agar peristiwa seperti Juliana di Gunung Rinjani tidak terjadi lagi,” kata Yoyok. 

"Tidak ada yang tahu kapan kecelakaan akan terjadi, tapi kita bisa mengupayakan untuk meminimalisir insiden di kawasan wisata dengan memperkuat sisi keamanan dan faktor keselamatan bagi pengunjung,” pungkas Yoyok.

Baca juga: Cahaya dari Jurang: Sinyal Terakhir Juliana Marins sebelum Ditemukan Tewas di Gunung Rinjani

Diketahui, Warga negara Brasil atas nama Juliana DSPM yang sebelumnya dilaporkan hilang saat mendaki di kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani ditemukan dalam kondisi meninggal dunia oleh tim SAR gabungan pada Selasa (24/6/2025) sore. 

Kepala Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas), Marsekal Madya TNI Mohammad Syafii, mengatakan pencarian yang dilakukan oleh tim telah mencapai titik krusial pada pukul 16.52 WITA.

Tujuh orang rescuer yang diturunkan, kata Syafii, bisa menjangkau di kedalaman 400 meter.

Pada pukul 18.00 WITA, seorang rescuer dari Basarnas, Khafid Hasyadi, berhasil menjangkau korban pada kedalaman 600 meter atau di titik datum point. 

"Selanjutnya dilakukan pemeriksaan korban dan tidak ditemukan tanda-tanda kehidupan," kata Syafii melalui keterangan tertulis, Selasa (24/6/2025).

Setelah itu, tiga orang dari tim SAR yakni Syamsul Fadli dari unit Lombok Timur, serta Agam dan Tiyo dari Rinjani Squad melakukan konfirmasi lebih lanjut terhadap korban.

"Pukul 18.31 WITA, 3 orang potensi SAR menyusul turun mendekati korban dan setelah dikonfirmasi dipastikan korban dalam kondisi meninggal dunia, selanjutnya korban dilakukan wrapping survivor," ungkap Syafii.

Baca juga: Sosok Pendonasi Rp1,54 Miliar untuk Agam Rinjani Pengevakuasi Juliana Marins, Kini Dibatalkan

Setelah informasi mengenai kondisi korban diperoleh, tim SAR gabungan yang berada di lokasi terakhir korban terlihat mulai menyiapkan sistem evakuasi. 

Tim yang berjumlah tujuh orang kemudian melakukan sistem flying camp, dengan tiga orang berada di anchor point kedua (400 meter) dan empat orang lainnya di samping korban di datum point 600 meter.

"Pukul 19.00 WITA, dikarenakan cuaca yang tidak memungkinkan dengan visibility terbatas maka diputuskan evakuasi korban akan dilakukan pada hari Rabu tanggal 25 Juni 2025 pukul 06.00 WITA dengan metode lifting (korban diangkat ke atas/LKP)," katanya.

Korban rencananya akan dievakuasi menyusuri rute pendakian menuju Posko Sembalun dengan cara ditandu.

Selanjutnya dari Posko Sembalun akan dievakuasi menggunakan helikopter ke RS Bhayangkara Polda NTB.

"Demikian perkembangan informasi penemuan korban yang saya sampaikan pada malam ini. Semoga proses evakuasi korban yang akan dilaksanakan besok pagi dapat berjalan dengan lancar dan aman sesuai rencana," pungkas Syafii.

Sebelumnya, pendaki Brazil itu dilaporkan terjatuh ke arah Danau Segara Anak pada Sabtu (21/6/2025) sekitar pukul 06.30 WITA, tepatnya di titik Cemara Nunggal yang merupakan jalur menuju puncak Rinjani

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved