Minggu, 5 Oktober 2025

Lima Danau Buatan di Yogyakarta Bisa Menjadi Destinasi Wisata Alternatif

Embung adalah danau buatan yang memiliki beragam fungsi, mulai dari untuk keperluan irigasi pertanian, budidaya ikan, hingga menjadi obyek wisata.

TRIBUN JOGJA/HAMIM TOHARI
Di Yogyakarta terdapat beberapa embung yang memiliki keunikan masing-masing dan layak untuk anda datangi sebagai obyek wisata alternatif 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Hamim Thohari

TRIBUNNEWS.COM, YOGYA - Embung adalah danau buatan yang memiliki beragam fungsi, mulai dari untuk keperluan irigasi pertanian, budidaya ikan, hingga menjadi obyek wisata.

Di Yogyakarta terdapat beberapa embung yang memiliki keunikan masing-masing dan layak untuk anda datangi sebagai obyek wisata alternatif, dan berikut adalah lima diantaranya.

1. Embung Tambakboyo

Embung ini berada di Dusun Tambakboyo, Desa Condongcatur, Kecamatan Depok Sleman.

Lokasi embung ini cukup strategis, yakni tidak jauh dari pusat kota Yogyakarta, hanya berjarak sekitar 10 kilomter. Jika dari kampus UPN Veteran Yogyakara, jaraknya sekitar 2 kilometer arah utara.

Meskipun tidak jauh dari pusat keramaian, tetapi suasana di embung Tambakboyo cukup sepi dengan udara yang masih segar. Disekeliling embung masih terdapat cukup banyak vegetasi yang menghijau menghasilkan pemandangan yang cantik.

Jika cuaca sedang bagus, pengunjung bisa menyaksikan pemandangan embung Tambakboyo dengan latar belakang gagahnya gunung Merapi. Sehingga obyek wisata ini sangat cocok sebagai tempat melepas penat dari kegiatan sehari-hari.

Waktu yang pas untuk menikmati suasana embung ini pada pagi dan sore hari. Pada waktu tersebut banyak orang yang memanfaatkan area embung sebagai tempat berolahraga.

Jalan berkonblok yang mengelilingi embung seluas kurang lebih 7,8 hektar tersebut sering dimanfaatkan sebagai jalur joging ataupun bersepeda. Selain itu, embung ini juga menjadi favorit bagi mereka penghobi mancing.

2. Embung Nglanggeran

Embung Nglanggeran terletak di atas sebuah bukit yang berada di dusun Nglanggeran Wetan, Desa Nglanggeran, Kecamatan Patuk, Kabupaten Guning Kidul. Lokasi dari embung ini masih satu komplek dengan kawasan Ekowisata Gunung Api Purba Nglanggeran.

Embung ini berada di atas sebuah bukit bernama bukit Gandu. Menurut Warno, salah satu anggota Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Nglanggeran yang mengelola Embung Nglanggeran, dulunya bukit tersebut digunakan masyarakat sebagai lahan bercocok tanam.

Dijelaskannya, saat ini telaga buatan tersebut berfungsi mengairi 20 hektar kebun buah durian dan kelengkeng yang ada di area tersebut. "Kebuah buah ini merupakan kebun buah milik warga, tetapi beberapa diantaranya berada di tanah milik Sultan (Sultan Ground)," ujar Warno.

Selain berasal dari air tadah hujan, air embung ini juga berasal dari Sumber Sumurup yang terletak di Gunung Nglanggeran. Embung Nglanggeran memiliki luas kurang lebih 0,34 hektar dengan kedalaman mencapai 4 meter. Embung ini diresmikan oleh Sultan Hamengku Buwono X pada 19 Februari 2013.

Untuk menuju letak Embung Nglanggeran ketika pengunjung sampai di lokasi parkiran Embung Nglanggeran yang luas, pengunjung harus menitih anak tangga yang jumlahnya lumayan banyak. Setelah pengunjung melewati anak tangga, maka sampailah pengunjung di lokasi Embung Nglanggeran.

Karena berada di wilayah perbukitan, anda akan disuguhkan pemandangan yang indah dari area embung. Dengan latar belakang pemandangan gunung api purba Nglanggeran yang menjulang, dan hamparan pemandangan hijau di depannya, menjadikan Embung Nglanggeran memiliki pemandangan yang sangat cantik.

Dari lokasi telaga buatan ini, pengunjung bisa melihat keindahan tebing-tebing Gunung Api Purba lebih indah serta pemandangan alam Gunungkidul yang masih didominasi dengan warna hijau.

Pemandangan di Embung Nglanggeran akan semakin cantik di sore hari. Karena terletak di ketinggian, wisatawan bisa menikmati matahari tenggelam di tepi embung tanpa terhalang pepohonan atau perbukitan. Sinar mentari sore yang keemasan akan menerpa permukaan embung. Mentari yang turun perlahan akan membias di air sehingga menciptakan refleksi yang indah.

3. Embung Banjaroya

Embung ini berada Dusun Tonogoro, Desa Banjaroya, Kecamantan Kalibawang, Kabupaten Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Meskipun awalnya pembangunan embung tersebut untuk mengairi area perkebunan dan persawahan di area tersebut, tetapi kini embung yang bernama Embung Banjaroya itu menjadi salah satu obyek wisata di kabupaten Kulonprogo. Lokasi embung yang memiliki ukuran 60x80 meter tersebut berada di wilayah perbukitan Menoreh yang membentang di barat Yogyakarta.

Jika dari pusat kota Yogyakarta, untuk sampai lokasi embung anda bisa melewati jalan Godean lurus ke barat hingga menyeberangi sungai Progo dan menemukan lampu merah Kenteng. Dari lampu merah tersebut belok kanan menuju arah Magelang hingga sampai Rest Area Pasar Bendo dusun Potronalan. Dari pasar tersebut belok kiri, dari sini embungnya berjarak kurang lebih 3 kilometer.

Selama perjalanan anda akan ditemani area perbukitan yang hijau. Lokasi embung berada tepat dipinggir jalan. Sesampainya di embung anda akan disambut dengan patung duren yang cukup besar.

Berdasarkan data dari Dinas Pertanian dan Kehutanan (Dispertanhut) Kulonprogo embung tadah hujan tersebut berkapasitas hingga 10 ribu meter kubik air. Embung Banjaroya bisa mengairi hingga 30 hektar kebun durian yag ada di wilayah tersebut saat musim kemarau.

Karena berada di ketinggian, pengunjung bisa menyaksikan hijaunya wilayah perbukitan Menoreh dari area embung. Jika cuaca sedang cerah, anda bisa menyaksikan gunung Merapi dan Merbabu bediri dengan gagah di sisi utara.

Beberapa fasilitas ada di sana, seperti beberapa gazebo yang bisa digunakan pengunjung secara gratis untuk menikmati indahnya pemandangan dan segarnya udara. Di area parkir juga terdapat beberapa warung milik warga sekitar yang menjual beragam makanan dan minuman ringan.

4. Embung Tegaltirto

Berada di Dusun Candirejo, Desa Tegaltirto, Kecamtan Berbah, Kabupaten Sleman, embung yang satu ini berada di satu wilayah dengan obyek wisata Lava Bantal.

Selain berfungsi sebagai tampungan air, embung ini dibangun juga untuk obyek wisata melengkapi wisata lava bantal.

Jika dari area Lava Bantal letak embung ini barada sekitar 200 meter di sebelah selatannya. Dibangun sebagai obyek wisata, sejumlah fasilitas tersedia di embung Tegaltirto, mulai dari sejumlah gazebo, kamar mandi, hingga pendopo bisa digunakan pengunjung.

Peresmian embung beserta area lava bantal sebagai obyek wisata dilakukan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkububowono X pada akhir Mei 2016. Embung ini dibangun persis di tepi sungai Opak.

Embung yang dibangun mulai tahun 2015 ini mampu menampung air dengan kapasitas 12 ribu meter kubik air. Berada di tepi sungai dan dikelilingi kebun warga, menjadikan tempat ini cukup tenang, dengan udara yang juga sejuk.

Untuk wahana rekreasi, terdapat sepeda air, dan perahu bebek. Dijelaskan Andam selaku salah satu pengelola kedua wahana tersebut, terdapat dua pilihan sepeda air yakni berpenumpang tunggal dan tandem.

"Untuk sewa sepeda air yang single tarifnya Rp.15 ribu untuk dua kali putaran, sedang yang tandem sewanya Rp.20 ribu," kata Andam. Bagi yang ingin menyewa perahu bebek tarifnya Rp.12 ribu untuk dua kali putaran.

Setiap harinya Andam melayani penyewaan sepeda air dan perahu bebek mulai dari jam 07.30 hingga 16.30.

5. Embung Kaliaji

Berada di daerah kaki gunung Merapi, atau tepatnya di Dusun Sangurejo, Desa Wonokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, anda akan merasakan suasana yang sejuk saat berada di embung ini.

Di sekitar embung yang memiliki daya tampung 54.500 meterkubik air tersebut dikelilingi pepohonan yang menghijau sehingga menyiptakan pemandangan yang cukup cantik.

Jika cuaca sedang cerah, gunung Merapi yang letaknya memang tidak jauh akan semakin mempercantik pemandangan.

Lokasi embung ini memang dikonsep menjadi sebuah obyek wisata. Hal tersebut dapat dilihat dari lengkapnya fasiltas yang tersedia. Pendopo joglo, panggung terbuka, hingga kamar mandi adalah beberapa fasilitas yang tersedia.

Untuk masuk ke embung Kaliaji, pengunjung tidak dikenakan biaya. Waktu yang pas untuk menikmati ketenangan dan kesejukan embung tersebut adalah pada pagi atau siang hari.(*)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved