Kamis, 2 Oktober 2025

Wisata Bangka Belitung

Susur Sungai Mendo, Bak Menapak Tilas Ekspedisi Maharaja Sriwijaya Dapunta Hyang

Susur Sungai Mendo, bak menapak tilas ekspedisi Maharaja Sriwijaya Dapunta Hyang.

BANGKA POS/ IWAN SATRIAWAN
Aktivitas perahu nelayan di dermaga Kota Kapur. Dulunya dermaga ini ramai disinggahi kapal-kapal berukuran besar yang lewat Selat Bangka.(Bangka Pos/ Iwan Satriawan) 

‎Laporan wartawan Bangka Pos, Iwan Satriawan

TRIBUNEWS.COM, BANGKA - Imajinasi seolah melayang ke masa ratusan tahun silam saat duduk diatas perahu motor yang melaju di tengah Sungai Mendo‎ menuju Muara Sungai Mendo Kecamatan Mendo Barat Kabupaten Bangka akhir pekan lalu.

Terbayang ribuan balatentara maharaja Sriwijaya Dapunta Hyang dengan kapal-kapalnya memasuki muara sungai Mendo dalam rangka persiapan menaklukkan tanah Jawa.

Tanaman bakau berukuran raksasa yang tumbuh dengan lebat di kiri kanan tepian sungai hingga ke muara sungai seolah-olah menjadi saksi kebesaran kerajaan besar yang menguasai kawasan Asia Tenggara tersebut.

‎Begitu menjejakkan kaki di dermaga Desa Kota Kapur usai menempuh perjalanan dua jam lebih menyusuri sungai Mendo dari dermaga Desa Mendo, terbayang ramainya aktifitas pelayaran kapal-kapal didermaga itu pada masa jaya kerajaan Sriwijaya.


Peserta ekspedisi Susur Sungai Mendo melihat gundukan tanah tempat ditemukannya prasasti persumpahan dan ancaman Maharaja Sriwijaya Dapunta Hyang di tengah kebun karet warga di Desa Kota Kapur. (Bangka Pos/ Iwan Satriawan)

Suasana berubah ‎ menjadi bernuansa mistis saat tiba di gundukan tanah tempat penemuan Prasasti Kota Kapur di tengah kebun karet milik tokoh masyarakat setempat H Mahadil.

Terbayang ancaman dan sumpah di goreskan di prasasti tersebut oleh Maharaja Sriwijaya Dapunta Hyang.

"Engkau, seluruh dewa dewi, yang melindungi (kerajaan) Sriwijaya.

Juga Engkau, Dewa Sungai, dan seluruh roh yang menjadi dasar dari mantra kutukan ini,"

"Beberapa rakyat di dalam wilayah kerajaanku telah memberontak, (bersekutu dengan) para pemberontak, berbicara dengan para pemberontak, mendengarkan kata-kata para pemberontak, mengetahui para pemberontak, (yang tidak patuh dan) tunduk dan setia padaku dan pada mereka yang telah kutunjuk sebagai datu, (maka orang-orang seperti itu) dibinasakanlah (dengan kutukan‎,"

"Dan petua kerajaan Sriwijaya diperintahkan untuk menghancurkan mereka, dan mereka akan dihukum bersama suku dan keluarga mereka. Juga (seluruh) orang-orang berkelakuan jahat, (seperti mereka yang) meneluh orang lain, membuat orang sakit, membuat orang menjadi gila, menggunakan mantra-mantra, meracuni orang lain dengan upas dan tuba, dengan racun yang dibuat dari tumbuhan dan segala jenis tanaman merambat, meramu minyak-minyakan, mengguna-gunai orang lain dengan mantra-mantra, dan seterusnya, maka bagi mereka tertimpakanlah kesialan, digolongkan ke dalam dosa-dosa orang yang berperilaku amat buruk."

"Namun jika mereka tunduk dan setia padaku dan pada mereka yang telah kutunjuk sebagai datu, maka dilimpahkanlah karunia pada usaha mereka juga pada suku dan keluarga mereka. Dan dikaruniakanlah keberhasilan, kemakmuran, kesehatan, keamanan dan kelebihan pada seluruh negeri mereka"

Prasasti persumpahan dan ancaman ini dibuat pada tahun Saka berlalu 608 hari pertama paroterang bulan Waisaka, (28 Februari 686), tatkala kutukan dan sumpah ini dipahat, ketika tentara Sriwijaya berangkat menyerbu Tanah Jawa yang tidak berbakti kepada Sriwijaya.

Situs Kota Kapur sendiri berada disebuah dataran yang menghadap langsung ke selat Bangka. Situs itu dikelilingi oleh hutan rawa pantai di sebelah barat, utara, dan timurnya.

Pada situs Kota Kapur terdapat “benteng tanah” sepanjang kurang lebih satu setengah kilometer.

Halaman
12
Sumber: Bangka Pos
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved