Wartawan di Bali Satu Visi Pentingnya Pariwisata
Wartawan media cetak, elektronik maupun online di Bali menyadari pentingnya pariwisata bagi kehidupan masyarakat Pulau Dewata.
TRIBUNNEWS.COM, DENPASAR - Wartawan media cetak, elektronik maupun online di Bali menyadari pentingnya pariwisata bagi kehidupan masyarakat Pulau Dewata.
Makanya, mereka tidak ingin membesarkan berita-berita yang dapat merugikan pariwisata yang menjadi penggerak roda perekonomian.
"Seluruh wartawan di Bali ini sangat paham bahwa masyarakat Bali itu sangat menggantungkan hidup dari pariwisata. Makanya, kami tidak mau membesar-besarkan berita surat kaleng ancaman bom di Buleleng yang jelas bisa mempengaruhi kunjungan wisatawan ke Bali," ungkap Sekretaris Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Bali, Emannuel Dewata Oja dalam acara diskusi wartawan dengan Tim Crisis Centre Pariwisata di Denpasar Bali, Jumat (22/1) malam.
Diskusi yang berlangsung akrab itu dihadiri sekitar 20 wartawan media cetak, elektronik dan online. Ikut hadir dalam acara itu Ketua Asosiasi Tour and Travel Agency (Asita) Bali, I Ketut Ardana dan Humas Kemenpar.
"Pemberitaan media di Bali cukup bagus dalam menyikapi surat kaleng ancaman bom di Buleleng. Dan, Pak Menteri Pariwisata Arief Yahya menyampaikan ucapan terima kasih atas dukungan dari media cetak, elektronik dan online di Bali yang menyajikan berita-berita cukup menyejukkan," papar Ervik A Susanto yang memimpin rombongan Tim Crisis Centre Pariwisata.
Dijelaskan Emmanuel Dewata Oja yang akrab dipanggil Edo, masalah ancaman bom sudah biasa terjadi di Bali. "Kita sudah biasa dengan ancaman itu, dan itu hanya niat mengganggu atau iseng," ujar pria yang hampir sudah 20 tahun di Bali itu.
Kejadian surat kaleng yang terjadi di Buleleng, Bali juga sudah semestinya tidak perlu terekspose bahkan menjadi besar.
"Itu sebenarnya surat datang ke Kecamatan. Kami sudah sepaham, bahwa Pariwisata dan Bali adalah hal yang sangat penting, maka dari itu kami tidak akan menghebohkan hal ini. Sebab, bisa saja surat kaleng itu dikirim agar wisatawan tidak datang ke Bali," ujar pria berkacamata itu.
I Ketut Ardane mengungkapkan bom di Sarinah Jakarta dan ancaman surat kaleng di Buleleng itu tidak berpengaruh dengan kunjungan wisatawan.
"Saya bisa pastikan tidak ada pengaruhnya karena setelah kejadian itu saya langsung koodinasi dengan agen-agen biro perjalanan di China, Hongkong, Thailand dan Australia. Dari hasil koordinasi itu saya dapat kepastian tidak ada pembatalan kunjungan ke Bali. Asita yang beranggotakan 300 lebih akan terus berupaya meningkatkan kunjungan wisata dan kami juga yakin 4 juta wisatawan sudah berkunjung di Bali sepanjang 2015," urainya.
Selain melakukan diskusi, pada hari yg sama Tim Crisis Centre Pariwisata juga melakukan kunjungan ke kantor redaksi Bali Pos Group, Radar Bali dan Wakapolda Bali.