Wisata Kalsel
Serunya Backpacker ke Pulau Krasian, Ujung Kalimantan Selatan, Mulai Diempas Ombak hingga Ban Bocor
Pulau ini punya keindahan alam yang memesona. Mulai dari pantai, air laut, keramahan masyarakatnya, hingga kuliner khasnya.
Dia sempat ke sana juga.
Rumah-rumah warganya lebih bagus.
"Kalau di Krasian rumahnya kayu dan taraf ekonomi warganya menengah ke bawah, sementara di Kerayaan rumah warganya dari semen. Secara ekonomi mereka lebih kaya dari warga Krasian. Mereka pekerjaannya ada yang menjual minyak, berdagang, dan sebagainya," tuturnya.
Menuju ke pulau ini bukanlah perkara mudah.
Apalagi jika backpackeran.
Pasalnya, lokasinya yang terpencil, jauh dari pusat kota, kondisi alamnya yang dipenuhi bukit, bebatuan besar dan gelombang tinggi membutuhkan jiwa berpetualang dan kondisi fisik yang prima.
Dia waktu itu memulai perjalanannya dari Banjarmasin menggunakan sepeda motor bersama beberapa temannya.
Dari Banjarmasin dia menuju Batulicin di Kabupaten Tanahbumbu.
Dari situ, terus jalan ke arah Lontar.
Selama di Lontar, perjalanan bukan berarti mulus terus.
Dia pernah kebocoran ban dan harus berjalan kaki selama beberapa jam mencari tukang tambal ban.
"Waktu itu sempat bertemu pria membawa golok. Tampaknya garang. Sempat takut waktu itu. Kami pikir perampok karena kabarnya di sana ada perampoknya. Ternyata bukan, dia cuma warga sekitar yang entah sedang apa dengan goloknya itu, hanya mampir untuk menanyakan kondisi kami. Terus, dia kasih tahu dimana bengkel terdekat," ujarnya.
Selama di Lontar, mereka memarkir sepeda motor di rumah warga.
Bayarnya sukarela saja dan tergolong aman.
Karena dia backpackeran, biaya perjalanannya lebih murah, yaitu hanya Rp 500.000.
Makanan dan minuman dibawa sendiri.
Selama di jalan, sesekali singgah membeli mi instan dan makan di tempat.
"Di sana nggak ada warung. Minya dimasak di dapur warga dan makannya juga di dalam rumah mereka, padahal mereka jualan mi instan tapi nggak kayak warung," tutupnya.
Nah, dari Lontar ini perjalanan dilanjutkan melalui laut dengan menaiki kelotok ke Pulau Krasian.
Tarifnya suka rela saja.
Perjalanannya sekitar satu jam.
Selama di laut ini, perjalanannya lebih menantang karena dia dan teman-temannya harus bergelut dengan ganasnya ombak.
Ombaknya bukan main tingginya, yaitu sama dengan tinggi badannya yang jangkung.
Selama satu jam itu, dia harus merasakan kelotoknya dihempas-hempas gelombang.
"Jadi, begitu kelotok turun setelah berada di atas gelombang, gelombang berikutnya sudah menanti di depan. Saya sampai kaget karena besar sekali dan tingginya sama dengan saya," sebutnya.
Bahkan, ada cerita penumpang yang pandai berenang sekalipun bisa tewas terkena ganasnya ombak di sana, apalagi yang tak bisa berenang.
Sementara dia tak bisa berenang, namun dia beruntung bisa selamat tiba di Pulau Krasian.
"Ada teman saya yang begitu mendengar cerita tentang ombaknya itu, dia takut sekali dan langsung tak jadi ikut. Dia menunggu kami pulang di Batulicin. Jadi, hanya saya dan empat teman yang tersisa waktu itu yang berani melanjutkan ke Krasian," katanya.
Padahal saat dia ke sana, musim angin tergolong aman untuk laut.
Saat itu, November 2014 sedang kemarau dan cuaca bagus namun ombaknya sudah sebesar itu.
Tiba di Pulau Krasian, dia dan teman-temannya harus berjalan kaki lagi menyusuri pulau itu selama berjam-jam hingga tiba di rumah sang kepala desa untuk ikut menginap.
Medannya pun cukup menantang fisik karena harus melalui jalan bebatuan dan bukit-bukit.
"Total perjalanan 17 jam dari Banjarmasin. Kalau sekarang bisa 10 jam saja karena jalannya sudah lebih bagus. Kalau pas saya dulu, pas November 2014 belum bagus jalannya jadinya lebih lama perjalanannya," sebutnya. (Yayu Fathilal)