Warga Rela Berdebu untuk Sambut 42 Perahu Hias di Festival Bengawan Solo di Bojonegoro
Sang maestro keroncong almarhum Gesang mengenalkan Sungai Bengawan Solo lewat tembangnya berjudul ‘Bengawan Solo’ sejak 1940.
“Ide-ide kami untuk membuat perahu hiasan muncul ya dari acara seperti ini,” kata pengusaha konveksi ini.
Peserta lain, Handoyo dari Ledok Kulon, Kecamatan Bojonegoro bersama para penambang pasir dan perahu menghias perahunya menjadi gerobak yang ditarik seekor sapi membawa muatan hasil bumi, antara lain, walo, belewah, kacang panjang, pisang, dan terong. Perahu hias itu dikebut selama dua hari dua malam.
“Kami ikut ini cuma memeriahkan hari jadi Kabupaten Bojonegoro yang ke-338 tahun. Apalagi sehari-hari kami mencari nafkah di bengawan,” papar Handoyo.
Peserta perahu hias mulai berangkat dari bendungan gerak sekitar pukul 14.00 wib dan berakhir di Taman Bengawan Solo (TBS), letaknya di pusat pemerintahan Kabupaten Bojonegoro sekitar pukul 16.00 wib.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bojonegoro, Amir Sahid memaparkan, Bengawan Solo merupakan salah satu sumber kehidupan masyarakat Bojonegoro, utamanya warga yang hidup di bantaran bengawan.
Festival Bengawan digelar supaya semua elemen masyarakat yang hidup di Bojonegoro memperhatikan kondisi bengawan, bagaimana melestarikannya dan meneksploitasi tapi tak merusak ekosistem bengawan.
“Jangan lupa, bengawan ini telah dijadikan tempat sampah, dijadikan pembuangan limbah, akhirnya menganggu ekosistem. Nah, ketika terjadi kerusakan ekosistem, maka kembali ke diri kita. Dari festival ini kami mengingatkan arti penting melestarikan bengawan,” beber Amir.
Ia menambahkan, sisi lain, Amir ingin menggenjot kegiatan itu untuk menarik wisawatan.
Saat festival ini digelar, banyak orang yang berbondong-bondong datang ke bengawan untuk melihat lomba perahu hias, melihat bendungan gerak, dan lomba layang-layang di sekitar bendungan gerak.
Katanya, belum lagi kondisi bendungan gerak terlihat indah pada sore hari.
Potensi alam itu akan dikembangkannya menjadi wisata yang bisa menarik wisatawan luar Bojonegoro maupun manca Negara.
“Dari tahun ke tahun kegiatan seperti ini selalu kami evaluasi, sehingga apa yang kurang tahun ini akan kami perbaiki".
"Salah satunya tadi saya lihat jalan akses menuju ke sini (bendungan gerak) tak mencukupi karena membludaknya antusias masyarakat ingin menonton,” ungkapnya.