Wisata Lampung
Bukit Kabut Bawang Bakung di Lampung Barat, Bikin Orang Merasa di Negeri di Atas Awan
Bukit Kabut Bawang Bakung atau yang juga dikenal Bukit Geredai yang berada di Kota Besi, Liwa, Lampung Barat. Negeri di atas awan.
Laporan Perjalanan Reporter Tribun Lampung Teguh Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, BANDAR LAMPUNG - Setelah Pantai Gigi Hiu di Pegadungan, Kelumbayan, Tanggamus berhasil mencuri perhatian para fotografer nasional, kini hadir tempat di Lampung yang juga bakal menjadi spot foto idola para pemotret dan para traveler.
Tempat tersebut adalah Bukit Kabut Bawang Bakung atau yang juga dikenal Bukit Geredai yang berada di Kota Besi, Liwa, Lampung Barat.
Di sela-sela penilaian desa wisata yang dilakukan di Lampung Barat, Tribun Lampung berkesempatan untuk bertandang di bukit yang kini banyak terekspose di media sosial Instagram.
Bukit yang memiliki pemandangan kota Liwa dari atas ketinggian ini, menghadirkan pesona tak kalah menakjubkan dibanding Pananjakan, Gunung Bromo, Jawa Timur.
Karena di sini kita serasa menempati negeri di atas awan dengan pemandangan Gunung Pesagi dan Seminung yang tampak di kejauhan.

Bukit Kabut Bawang Bakung.
Menurut Eka Fendi Aspara, fotografer asal Liwa, Bukit Bawang Bakung ini mulai dikenalkan sekitar tahun 2011 lalu. Saat itu, ia dan fotografer lainnya, Endang Guntoro Cangu yang kali pertama mengambil keindahan di Bukit Geredai.
"Ketika itu, saya dan Endang tidak sengaja mendatangi bukit ini. Ternyata begitu sampai di atas, pemandangannya sangat menakjubkan. Apalagi bila datang usai salat Subuh, maka akan terlihat kabut yang menyelimuti Kota Liwa. Saat kabut naik dan mulai bermunculan pepohonan serta Gunung Pesagi dan Seminung di kala matahari terbit, pemandangannya sangat luar biasa," kata Eka.
Ketika foto-foto pemandangan itu diunggah di Instagram dan sosial media lainnya, banyak orang bertanya lokasi tersebut. Akhirnya saat ini, hampir setiap akhir pekan ada lebih dari seratus orang yang datang ke bukit ini untuk berfoto atau berselfie ria. Pengunjungnya bukan hanya warga Lampung Barat sendiri, banyak fotografer asal Pulau Jawa terutama Jakarta yang juga penasaran datang ke sini.
Ia menuturkan, Bukit Bawang Bakung saat ini kondisinya lebih bersih dan sangat enak untuk mengambil spot foto. Karena menurut Eka, awalnya bukit ini ditanami kopi serta sayur-sayuran oleh pemiliknya.
Namun, karena tanahnya termasuk tandus, dan tanaman yang ditanam tidak begitu bagus hasilnya, akhirnya bukit ini sengaja dibuka.
"Saat ini oleh pemilik dibuatkan tempat parkir kendaraan serta portal. Sehingga pemilik tanah bisa mengambil manfaat juga dengan kehadiran para pengunjung yang semakin hari semakin banyak jumlahnya," tutur Eka.
Bukit Bawang Bakung ini sendiri letaknya tidak begitu jauh dari pusat kota Liwa. Hanya sekitar 15 menit perjalanan menggunakan kendaraan bermotor. Akses jalan yang ada pun sudah cukup baik.
Kendaraan roda dua dan roda empat bisa masuk. Namun, dianjurkan untuk kendaraan roda empat berukuran besar, agar parkir di bawah atau di dekat perkampungan warga karena jalan tidak begitu lebar.
Bukit Kabut Bawang Bakung.
Selama perjalanan menuju ke sini, kita akan mendapati perkampungan masyarakat Lampung Barat dengan rumah-rumah tradisionalnya serta aktivitas masyarakatnya kala pagi hari.
Mulai dari pergi ke sawah, mandi di pancuran dan sungai, hingga anak-anak yang berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki atau mengendarai motor. Persawahan yang ada juga sangat menarik untuk jadi obyek foto.
"Dianjurkan mereka yang ingin mengabadikan sunrise, agar berada di bukit pada pukul 05.30 atau usai salat Subuh. Tidak akan menyesal meski harus bangun pada pagi buta karena pemadangan yang dihadirkan sangat luar biasa," pungkas Eka.
Murliana dari Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kabupaten Lampung Barat mengatakan, pihaknya akan lebih memperkenalkan Bukit Bawang Bakung sebagai obyek wisata unggulan.
Apalagi menurut dia, di lokasi itu pengunjung bisa mendapatkan dua pemandangan sekaligus yakni saat sunrise dan sunset.
"Bila saat sunrise tiba, maka yang terlihat adalah Gunung Pesagi. Namun, bila saat sunset maka yang terlihat Gunung Seminung," katanya.
Ia mengatakan, pihaknya juga akan berusaha mencari lahan untuk pengembangan wisata.
Misalnya dengan menyediakan lokasi wisata kuliner dan lahan parkir di sekitar lokasi bukit. Sehingga kendaraan pengunjung tidak perlu naik di lokasi, namun ada sensasi mendaki atau menggunakan ojek motor milik masyarakat.
"Harapannya ingin melibatkan partisipasi masyarakat dalam dunia pariwisata," ujar Murliana.
Sementara Yopie Pangkey, fotografer sekaligus admin @KelilingLampung mengaku Bukit Geredai bisa menjadi spot foto yang bisa dijual kepada para wisatawan terutama fotografer.
Terlebih lokasinya yang mudah dijangkau, akan membuat banyak pengunjung yang akan berkunjung ke sini.
"Karena apa yang ditampilkan di Bukit Geredai sangat berbeda dengan yang ditampilkan di Bromo. Jadi bisa dipastikan, sensasinya juga akan sangat berbeda dan buat orang penasaran untuk datang," pungkas Yopie.