Travel Story
Cerita Penyelam yang Merayakan HUT RI Bersama Hiu Paus di Teluk Cendrawasih, Papua Barat
Saat perjalanan menuju Biak, tempat di mana kami akan terbang kembali ke Jakarta, kami sempat melakukan penyelaman di Miosindi dan Miosrundi.
Biasanya mereka muncul beberapa ekor dan langsung menyembul kepermukaan laut, membuka mulutnya, dan menampung teri yang dilemparkan nelayan bagan.
Menurut cerita penjaga bagan, whale shark kecil baru muncul kalau tidak banyak orang.
Konon belum lama berselang ada 2 ekor whale shark mengantarkan seekor whale shark besar ke pantai dan whale shark besar ini akhirnya mati di pantai dan kedua ekor pengantarnya kemudian kembali ke laut.
Ketika kedatangan kami, whale shark yang muncul ada 3 ekor.
Kalau lagi banyak katanya bisa sampai 7 ekor.
Awalnya beberapa penyelam agak takut dan menjaga jarak dengan ikan ini.
Tetapi setelah merasakan jinaknya perlahan-lahan penyelam mulai berani mendekat dan berfoto ria.
Penyelam bersama hiu paus (whale shark) di Teluk Cendrawasih, Papua Barat, Senin (17/8/2015). (SURJATUN WIDJAJA)
Dulu whale shark ini diburu masyarakat.
Kemudian Kementerian Kehutanan dan WWF Indonesia bekerja sama dengan pihak Taman Nasional membentuk desa konservasi berbasis wisata di Kwantisore.
Sekarang whale shark ini mendatangkan penghasilan untuk masyarakat setempat melalui diving trip, snorkeling trip, tiket masuk, retribusi konservasi, penggantian biaya penangkapan ikan teri untuk nelayan bagan dan lain-lain.
Pada penyelaman kedua, kami kemudian membawa bendera Merah Putih ke dalam laut karena bertepatan dengan perayaan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia.
Kami sudah beberapa kali merayakan 17 Agustusan di laut, termasuk ketika pemecahan Guiness World Records pada tahun 2009 di Manado yang diikuti 2.486 penyelam.
Kami melakukan 3 kali penyelaman di bagan Kwantisore dan bermain sepuas-puasnya dengan whale shark yang jinak ini.
Pada saat perjalanan menuju Biak, tempat di mana kami akan terbang kembali ke Jakarta, kami sempat melakukan penyelaman di Miosindi dan Miosrundi.
Cave Cathy and Marthien di Miosrundi sangat indah.
Goanya berupa lubang di mana ketika penyelam masuk ke dalam, ujung ke luarnya berupa tiga buah goa pada kedalaman berbeda.
Warna birunya laut dalam bingkai bundarnya tiga goa bersusun sungguh merupakan komposisi yang cantik untuk bidikan kamera penyelam.
Penyelam bersama hiu paus (whale shark) di Teluk Cendrawasih, Papua Barat, Senin (17/8/2015). (SURJATUN WIDJAJA)
Dari Miosrundi perjalan ke Pelabuhan Biak tinggal 3 jam.
Tetapi karena masalah mesin perjalanan ditempuh dalam 7 jam.
Selain live on board yang kenyamanannya sangat tergantung cuaca, perjalanan ke Kwantisore juga bisa ditempuh dari Biak dan terbang ke Nabire memakai pesawat perintis seperti Susi Air.
Dari Nabire perjalanan bisa dilanjutkan ke Taman Nasional Teluk Cendrawasih menggunakan speed boat.
Bagi wisatawan yang tidak bisa menyelam tidak perlu khawatir karena anda tetap akan menemukan kegembiraan snorkelingbersama whale shark berhubung ikan ini selalu menyembul ke permukaan. (LILIE CHOW, anggota Corona Diving Club Jakarta sejak Tahun 1987).