Minggu, 5 Oktober 2025

Wisata Jateng

Lima Tradisi Syawal di Jateng: Kupatan di Kudus, Pesta Lopis Raksasa, Sedekah Laut

Inilah lima tradisi Syawal unik di Jawa Tengah. Pesta Lomban di Jepara, Kupatan di Kudus, sedekah laut di Demak, lantas apalagi yang dua?

Tribun Jateng/ M. Syofri Kurniawan
Ritual sesaji rewanda di Semarang. Bagian dari tradisi syawalan (Tribun Jateng/M Syofri Kurniawan) 

4. Sesaji Rewanda di Kota Semarang

Acara yang digelar di Kampung Talun Kacang, Kelurahan Kandri, Kecamatan Gunungpati, Kamis (23/7), ini ditandai dengan kirab empat gunungan.

Masing-masing gunungan berisi buah-buahan, ketupat dan lepet, sayur mayur, serta sego kethek atau nasi lauk yang dibungkus daun jati.


Monyet-monyet ikut berpesta dalam sesaji Rewanda (Tribun Jateng/ Wahyu Sulistiyawan)

Dari kampung, rombongan pembawa gunungan dan pengantar yang mayoritas berdandan ala kera itu berjalan menuju kawasan wisata Gua Kreo yang dihuni kera ekor panjang.

Di halaman parkir kawasan wisata inilah, gunungan diperebutkan warga.

Namun, hanya tiga yang dibagikan, yakni gunungan ketupat dan lepet, gunungan sayur mayur, serta gunungan sego kethek.

Khusus gunungan buah-buahan yang di antaranya berisi apel, nanas, belimbing, jagung, serta mentimun di letakkan di pinggir Waduk Jatibarang agar diperebutkan kera ekor panjang yang ada di kawasan ini.

5. Lopis Raksasa dan Festival Lampion di Kota Pekalongan

Syawalan di Pekalongan dirayakan lewat bagi-bagi lopis raksasa. Disebut raksasa lantaran ukuran lopis yang berbahan baku ketan itu mencapai tinggi 2,1 meter.

Butuh 4,5 kuintal untuk membuat lopis yang dikerjakan remaja Musala Darunna'im di Krapyak Kidul Gang 8, Kota Pekalongan, itu.

Tradisi yang dimulai sejak 1950 itu dimulai H+3 Lebaran. Remaja musala dibantu warga mulai memasak beras ketan.

Setelah setengah matang, mereka merebusnya. Butuh 2x24 jam untuk merebus beras ketan tersebut secara bersamaan.


Warga menyiap lopis raksasa, bagian dari tradisi syawalan (Tribun Jateng/ Raka F Pujangga)

Pada 24 jam pertama, lopis dibalik. Lantaran berukuran jumbo, sampai-sampai panitia harus menggunakan katrol agar lopis berhasil dibalik dan tepat masuk dalam cetakan berlapis daun pisang.

"Butuh satu pikap kayu bakar dan total dana yang dikeluarkan untuk pembuatan lopis ini mencapai Rp 30 juta. Selain swadaya warga, dana tersebut juga ditanggung pemkot (Pemkot Pekalongan)," ujar Ketua Panitia Muhammad Nasrudin.

Jumat (24/7), lopis tersebut diperebutkan warga. Panitia harus mengiris lopis agar warga yang telah menyemut sejak pagi kebagian.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved