Wisata Kaltim
Begini Cara Pemuda Dayak Wehea Perang di Atas Perahu
Festival Erau Bobjengea di Desa Dea Beq, Kecamatan Muara Wahau, Kabupaten Kutai Timur, Kaltim.
Laporan Wartawan Tribun Kaltim, Cornel Dimas Satrio Kusbinanto
TRIBUNNEWS.COM, MUARA WAHAU - Sejumlah pemuda Dayak sudah berada di perahu masing-masing sambil menyusuri sungai dan saling melempar tombak Weheang.
Acara tersebut menandakan puncak Festival Erau Bobjengea di Desa Dea Beq, Kecamatan Muara Wahau, Kabupaten Kutai Timur, Kaltim, pekan lalu.
Kepala Adat Dayak Wehea di Desa Dea Beq, Helaq Tot (65), menjelaskan ritual perang di atas perahu disebut sebagai Seksiang.
“Pada zaman dahulu memang ada perang di atas air sungai. Tapi tombak yang digunakan ini imitasi, terbuat dari rumput gajah yang bagian ujungnya sudah ditumpulkan,” katanya.
Permainan ini, menurut Helaq Tot, dilakukan dengan menggunakan perahu mudik ke hulu sungai.
Sambil hanyut mengikuti arus sungai, mereka saling melempar tombak Weheang hingga ke hilir kampung.

Seksiang perang Suku Dayak Wahea di atas perahu. (Tribun Kaltim Cornel/Dimas Satrio Kusbinanto)
Terdapat empat perahu yang saling berperang, tiap perahu berisi 4 orang.
Tiga orang siaga melempar tombak sekaligus menahan serangan menggunakan telabang (tameng).
Sedangkan satu orang lainnya menjadi motorist perahu, yang tak jarang juga ikut berperang.
Peperangan tersebut diiringi alunan musik Sampeq dan tari-tarian adat Wehea, yang dilakukan di atas rakit.
Perang dinyatakan selesai saat para peserta sudah memasuki hilir kampung.
Adapun peraturan yang tidak boleh ditombak yakni, orang yang berdekatan, orang yang membelakangi, dan orang yang karam.
Acara ini digelar pukul 10.00-11.30 Wita di sungai Wehea yang melintasi Desa Dea Beq.
Terik matahari tak mengurungkan antusias masyarakat mengikuti festival Erau Bobjengea.
Setelah selesai, seorang tetua adat disiram air sungai oleh gadis, kemudian diikuti masyarakat.
Ritual ini disebut ritual naik kampung, atau dalam bahasa adat setempat adalah Mengsaq Pang Tung Eleang.
Tak ada yang mengetahui makna ritual tersebut.
Beberapa masyarakat Wehea bahkan mengaku hanya mengikuti dan mengamalkan ritual warisan leluhur itu. m14