Sabtu, 4 Oktober 2025

Lindungi Data Konsumen, Go-Jek Kampanyekan Gerakan #HapusTuyul

Penggunaan "tuyul" bisa merugikan konsumen karena mengacaukan estimasi waktu kedatangan driver.

Editor: Fajar Anjungroso
TRIBUN/HO
Driver GoJek membagikan makanan ringan kepada pelanggan ang melintas di kawasan Prapanca Raya dan Kemang, Jakarta, Senin (4/9/2017). Menyambut Hari Pelanggan Nasional, GoJek membagikan 500 makanan ringan bagi pelanggannya. Ini adalah rasa terima kasih mitra dan GoJek terhadap pelanggan yang telah memilih layanan perusahaan aplikasi karya anak bangsa tersebut. Kegiatan bagi-bagi snack ini dilakukan serentak di 50 Kota di mana GO-JEK beroperasi. Adapun total snack yang dibagikan kepada pelanggan untuk 50 kota sebanyak 5.400 kotak. TRIBUNNEWS/HO 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Istilah "tuyul" pada layanan ojek online merupakan kecurangan di mana pengemudi menggunakan aplikasi " fake GPS" untuk mendapat penumpang meski berada jauh dari lokasi.

Penggunaan "tuyul" bisa merugikan konsumen karena mengacaukan estimasi waktu kedatangan driver.

Selain itu, aplikasi GPS palsu ini juga digunakan untuk membuat order fiktif. Dengan order fiktif ini pengemudi bisa meraup keuntungan bahkan tanpa harus beranjak dari tempatnya.

Aplikasi ini disebut "tuyul" karena pengemudi seolah-olah mendapat penumpang, lalu mengantarnya sampai ke tempat tujuan.

Padahal pengemudi ojek online tersebut hanya diam di tempat. Melihat masalah ini, Go-Jek menginisiasi gerakan #HapusTuyul.

Vice President Corporate Communication Go-Jek Michael Say mengatakan Go-Jek tengah mengembangkan sistem yang dapat mendeteksi apakah si pengemudi menggunakan GPS palsu atau tidak.

"Sekarang kita hapus para tuyul, supaya teman-teman bisa fair play," ujar Michael dalam pertemuan dengan mitra pengemudi, seperti dirangkum dari rekaman video yang diunggah di akun resmi Twitter Go-Jek, Kamis (22/3/2018).

Penggunaan aplikasi "tuyul" memang merupakan tindak kecurangan yang merugikan dua belah pihak baik driver maupun konsumen.

Beberapa oknum mitra (driver) yang menggunakan aplikasi tuyul ini mendapat keuntungan dengan cara tidak adil.

Baca: Imbangi Gaya Tomboy, Vanesha Prescilla Koleksi Sneakers

Padahal penggunaan aplikasi GPS palsu justru akan membahayakan data dari akun mitra tersebut.

"Pesannya satu, tolong jangan menormalisasi hal-hal ini (tuyul). Apalagi kita bicara perlindungan data. Ini (GPS palsu) adalah aplikasi pihak ketiga," lanjutnya.

Maraknya aksi tuyul sudah terjadi sejak beberapa waktu lalu. Bahkan pada Februari lalu, Polda Metro Jaya menangkap 12 orang tersangka yang membuat order fiktif dengan menggunakan aplikasi tuyul ini.

Dengan menggunakan aplikasi tuyul, para sopir taksi maupun ojek online ini tak perlu repot-repot melayani pelanggan.

Mereka tinggal membuat order fiktif, lalu order tersebut diterima dirinya sendiri dengan akun lain dan secara otomatis kendaraan yang terlihat pada GPS di aplikasi bergerak seolah-olah tengah melayani penumpang.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved