Timnas Indonesia
Lihat Skuad Timnas Indonesia Saat Ini, Sergio van Dijk Berandai-andai Bisa 15 Tahun Lebih Muda
Melihat kualitas skuad Timnas Indonesia saat ini, Sergio van Dijk tak bisa menahan diri untuk berandai-andai menjadi 15 tahun lebih muda.
TRIBUNNEWS.COM - Kekuatan skuad Timnas Indonesia yang baru dengan banyak diisi pemain keturunan turut mengundang komentar dari Sergio van Dijk.
Timnas Indonesia dihadapkan dengan tantangan melawan Australia di Allianz Stadium Sydney pada Kamis (20/3/2025).
Setelah enam dari 10 pertandingan dimainkan, Timnas Indonesia berada di posisi ketiga Klasemen Grup C Putaran Ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 dengan koleksi enam poin.
Posisi teratas diisi Jepang dengan 16 poin. Namun, hanya satu poin yang memisahkan Australia di urutan kedua dan China di posisi terbawah di urutan keenam.
Oleh karenanya, kemenangan di kandang Australia nanti akan msemakin mendekatkan harapan Timnas Indonesia untuk lolos ke Piala Dunia 2026.
Di tengah euforia performa pesat Garuda ini, mantan striker naturalisasi, Sergio van Dijk, mengungkapkan pandangannya soal Timnas Indonesia.
Melihat kualitas skuad Timnas Indonesia saat ini, ia tak bisa menahan diri untuk berandai-andai menjadi 15 tahun lebih muda.
Van Dijk, yang kini berusia 42 tahun, adalah salah satu pionir dalam program naturalisasi Indonesia.
Bersama dengan Irfan Bachdim, Raphael Maitimo, dan Stefano Lilipaly, Van Dijk menjadi bagian dari gelombang pertama pemain yang menjalani naturalisasi.
Baca juga: Media Luar Soroti Duel Australia vs Indonesia: Gantikan Posisi Jepang, Garuda Buat Rivalitas Positif
Sebagai seorang striker, Van Djik memiliki rekam jejak yang mentereng dengan sepuluh klub di resumenya, yang membuat beberapa orang menyebutnya sebagai seorang pengembara.
Namun, terlepas dari label apapun itu, pada puncaknya kariernya, dia adalah striker menakutkan.
Pemain dengan kepala plontos ini dinobatkan sebagai pencetak gol terbanyak di A-League di Australia pada musim pertamanya bersama Adelaide United pada 2010.
Setelah kegemilangannya di Australia itu, tawaran untuk membela Indonesia datang dan akhirnya ia bisa membela tempat kelahiran kedua kakek-neneknya mulai 2013.
Namun sayang, setelah dinaturalisasi ia hanya sedikit bermain untuk Timnas Indonesia. Dualisme PSSI pada 2011-2012 turut memengaruhi performa Timnas Indonesia setelahnya.
Pada masa itu, proses seorang pemain untuk menjadi WNI untuk bermain di tim nasional bukanlah hal yang mudah.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.