Soccer Star
Kisah Hidup Sadio Mane, Keterbatasan dan Kesulitan jadi Motivasi untuk Bantu Senegal
Sadio Mane kehilangan sosok ayah pada umur 7 tahun, hal paling menyedihkan baginya. Namun sikap gigih dan kerja keras membayar segalanya.
TRIBUNNEWS.COM - Film dokumenter Made in Senegal telah tayang ke publik. Film ini mengisahkan bagaimana perjalanan karier pesepak bola Liverpool, Sadio Mane.
Mulai dari kenangan masa kanak-kanak di desa terpencil Senegal, Bambali, hingga kemenangan meraih trofi bergengsi Benua Biru, Liga Champions.
Termasuk di dalamnya, wawancara rekannya di Liverpool Mohamed Salah dan Virgil van Dijk, serta sang juru taktik Jurgen Klopp.
Baca: 5 Hal Menarik dalam Film Dokumenter Sadio Mane, Made in Senegal
Baca: Made in Senegal, Film Dokumenter Karir Bintang Liverpool Sadio Mane

Film ini diproduksi Rakuten dari campuran adegan dokumenter Sadio Mane, arsip rekaman, dan animasi untuk menghidupkan kembali adegan sang bintang di masa lalu, dalam keterangan yang dituliskan Mirror.
Lika-liku perjalanan karier sepak bola Sadio Mane terekam jelas dalam film ini, tak luput ketika dia merasa jatuh karena kehilangan ayahanda yang meninggal.
Momen itu dianggap paling menyedihkan dalam hidup Sadio Mane, dilansir The Guardian.
"Saya berumur tujuh tahun," katanya dalam film Made in Senegal.
"Kami akan bermain di lapangan, ketika sepupu mendekati saya dan berkata, 'Sadio, ayahmu meninggal.'
"Saya menjawab, 'Oh, benarkah?'. Saya pikir dia bercanda, Aku benar-benar tidak bisa memahaminya."
"Sebelum dia meninggal, dia menderita penyakit semacam ini selama berminggu-minggu," lanjut top skorer Liga Inggris musim 2018/2019 ini.
"Kami membawakannya obat tradisional dan itu membuatnya tenang selama tiga atau empat bulan."
"Penyakitnya kembali, tetapi kali ini obatnya tidak bekerja dan karena tidak ada rumah sakit di Bambali, mereka harus membawanya kembali ke desa berikutnya untuk melihat apakah mereka dapat menyelamatkan hidup ayah saya. Tetapi bukan itu masalahnya," kisahnya.

Kepergian sang ayah menjadi pukulan besar bagi Mane, dia ingat bagaimana ayahnya selalu berkata, "Ayah bangga terhadap Mane".
"Dia adalah pria berhati besar. Ketika dia meninggal, itu berdampak besar pada saya dan seluruh keluarga."
"Sekarang saya harus melakukan yang terbaik untuk membantu ibu saya. Itu hal yang sulit dihadapi ketika Anda masih muda," tutur Mane menceritakan.