Sabtu, 4 Oktober 2025

Tenis

Beda Suara Sinner dengan Alcaraz soal Padatnya Jadwal Turnamen, Juara Wimbledon Pantang Mengeluh

Jannik Sinner buka suara mengomentari soal padatnya jadwan turnamen tenis dunia. Ia beda pendapat dengan Carlos Alcaraz.

Instagram @ janniksin
SINNER DAN ALCARAZ - Jannik Sinner (kiri) dan Carlos Alcaraz (kanan) berpose setelah bertanding di final turnamen US Open 2025. -Jannik Sinner memilih sikap berbeda soal padatnya kalender tenis dunia. Saat Carlos Alcaraz mengeluhkan jadwal turnamen yang terlalu ketat, Sinner justru menegaskan bahwa pemain selalu punya pilihan. 

TRIBUNNEWS.COM - Beda suara diutarakan Jannik Sinner soal padatnya jadwal tenis dunia dalam kalander turnamen.

Saat Carlos Alcaraz, Iga Swiatek, hingga Coco Gauff ramai-ramai mengeluhkan padatnya jadwal turnamen tenis, Sinner justru memilih tak ikut bersuara keras.

Sinner baru saja menjuarai China Open 2025 di Beijing. Setelahnya, hanya beberapa jam kemudian ia terbang ke Shanghai untuk tampil di Shanghai Masters.

Ketika ditanya soal kalender yang dianggap terlalu padat, Sinner menegaskan setiap pemain tetap punya ruang untuk menentukan prioritas.

"Saya tidak ingin mengkritik apa pun. Semua orang punya cara pandang berbeda. Kita masih bisa memilih, sebagai pemain kita harus tahu apa prioritas kita sendiri," kata Sinner, dikutip dari Sportskeeda.

Menurutnya, keputusan ada di tangan tiap atlet. Jika merasa butuh istirahat, mereka bisa melewatkan turnamen tertentu.

"Saya selalu membuat pilihan, bahkan tahun lalu kadang melewati beberapa turnamen."

"Jadwalnya memang seperti itu. Kalau mau main, ya main. Kalau tidak, bisa pilih istirahat atau latihan. Sesederhana itu,” ujarnya menambahkan.

Pernyataan ini kontras dengan Alcaraz yang menyebut jadwal panjang berkontribusi pada banyaknya cedera.

Petenis peringkat satu dunia itu memutuskan mundur dari Shanghai Masters karena alasan fisik.

"Jadwalnya sangat ketat. Mereka harus melakukan sesuatu tentang jadwal tersebut," ujar Alcaraz dikutip dari AFP.

Ini sependapat dengan Swiatek yang  menilai musim terlalu melelahkan, dan Coco Gauff yang mengeluhkan aturan wajib main di enam turnamen level 500.

"Ada banyak cedera. Saya pikir itu karena musimnya terlalu panjang dan terlalu intens," kata Swiatek.

Sejak tahun lalu, WTA mewajibkan petenis alite untuk tampil di empat turnamen Grand Slam, 10 turnamen WTA 1000 dan enam turnamen level 500. ATP pun juga demikian.

Namun, banyak bintang tenis menilai kebijakan itu justru membuat beban semakin berat, diantaranya Coco Gauff.

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved