Olimpiade 2021
Dominasi China di Olimpiade 2021 & Kisah Wang Wenjiao, Godfather Bulutangkis Negeri Tirai Bambu
Kekuatan adidaya China di cabor bulutangkis tak lepas dari tangan dingin Wang Wenjiao, godfather badminton Negeri Tirai Bambu kelahiran Solo.
TRIBUNNEWS.COM - Berbicara mengenai kekuatan dan prestasi bulutangkis China, tentu tak bisa dipandang sebelah mata.
Baru-baru ini, Negeri Tirai Bambu mencetak gebrakan di Olimpiade Tokyo 2021.
China mengirimkan wakil ke babak final Olimpiade 2021 untuk semua nomor pada gelaran turnamen empat tahunan tersebut.
Sejauh ini, sudah ada dua emas medali yang diraih oleh China, yakni datang dari sektor ganda campuran dan tunggal putri
Sedangkan untuk kategori ganda putra, China meraih posisi kedua alias medali perak.
Negeri Tirai Bambu masih berpeluang untuk menambah medali emas dari cabang olahraga bulutangkis di Olimpiade 2021 dari tunggal putra dan ganda putri.
Baca juga: Final Bulutangkis Olimpiade 2021 - Upaya Greysia/Apriyani Rusak Dominasi China & Mimpi Buruk 2012
Baca juga: Jadwal Final Bulutangkis Olimpiade 2021 - Laga Pamungkas Greysia/Apriyani dan Ginting demi Medali

Kesuksesan China ternyata dimulai dari sejarah panjang.
Perlu perjuangan luar biasa untuk mengubah mereka menjadi pemimpin peta persaingan bulutangkis di dunia.
Usut punya usut, adalah Wang Wenjiao yang merupakan 'Bapak Bulutangkis' China. Ia memiliki kedekatan dengan Indonesia.
Dilansir dari laman resmi BWF, Wang Wenjiao merupakan pria kelahiran Solo yang meletakkan dasar-dasar pembimbingan pembinaan bulutangkis di China.
Wang Wenjiao lahir di Surakarta pada tahun 1933. Dirinya diundang ke negara leluhurnya untuk mengembangkan olahraga bulutangkis pada tahun 1954.
Sumbangsih besar yang diberikan untuk pengembangan bulutangkis China membawa berkah bagi dirinya.
Ia mendapatkan penghargaan dari Presiden China, Xi Jinping sebagai People’s Role Model’.
Wang menjadi figur olahraga pertama yang mendapatkan anugerah tersebut.
Anugerah tersebut didapatkan oleh Wang pada tahun September 2019 silam.

“Saya merasa hebat dan bersyukur karena negara saya telah mengingat saya. Saya pikir saya dilupakan. Saya tidak siap untuk ini. Rasanya seperti kejutan besar,” kata Wang menjelaskan.
“Ada banyak warga negara yang telah berjasa untuk negara, jadi bagi saya mendapatkan kehormatan ini terasa istimewa. Saya merasa sangat beruntung bahwa kontribusi saya untuk bulu tangkis telah diakui," sambungnya.
Wang pernah menjadi juara nasional pada 1956 dan 1959.
Pada tahun 1957, Wang bersama rekannya, Chen Fushou, menerbitkan buku teks bulutangkis pertama di China.
Bulutangkis perlahan menjadi olahraga populer di China.
Setelah pensiun di tahun 1960-an akibat cedera, Wang Wen Jiao bertindak sebagai pelatih tim bulutangkis China dan mulai melahirkan generasi pertama kejayaan bulutangkis China.
Wang mendesain sistem latihan modern yang menekankan pada satu aspek, yakni kecepatan.
Menurutnya, kemampuan akan terangkat apabila pemain memiliki kecepatan dan kekuatan.
Dari tangannya, nama-nama besar seperti Yang Yang, Zhao Jianhua, Tian Bingyi, dan Li Yongbo lahir dan memberi banyak prestasi untuk China dari cabor bulutangkis.
Kini, China kini dikenal sebagai negara penghasil atlet bulutangkis kelas wahid.
Hampir disetiap generasi ada nama yang mengangkat dan mengharumkan Negeri Tirai Bambu dari cabang olahraga bulutangkis di kancah Internasional.
(Tribunnews.com/Giri)