Kamis, 2 Oktober 2025

Olimpiade 2021

Profil Kevin Cordon, Pebulutangkis Didikan Pelatih asal Indonesia, Main Badminton Secara Tak Sengaja

Kevin Cordon mengaku tak sengaja masuk ke dunia bulutangkis, terlebih badminton bukan olahraga populer di Guatemala

PEDRO PARDO / AFP
Petenis Guatemala Kevin Cordon melakukan selebrasi bersama pelatih setelah mengalahkan pemain Korea Selatan Heo Kwang-hee dalam pertandingan perempat final bulu tangkis tunggal putra pada Olimpiade Tokyo 2020 di Musashino Forest Sports Plaza di Tokyo pada 31 Juli 2021. Kevin Cordon mengaku tak sengaja masuk ke dunia bulutangkis, terlebih badminton bukan olahraga populer di Guatemala 

TRIBUNNEWS.COM - Kevin Cordon sukses menorehkan kejutan di cabor bulutangkis Olimpiade Tokyo 2021.

Kevin lolos ke semifinal setelah mengalahkan pemain asal Korea Selatan, Heo Kwanghee, Sabtu (31/7/2021) pagi WIB.

Pebulutangkis asal Guatemala ini hanya membutuhkan dua set untuk memastikan diri tampil di empat besar Olimpiade Tokyo 2021.

Ia menang dengan skor 21-13 dan 21-18.

Kepastian Kevin melaju ke semfinal tentu menjadi perhatian tersendiri bagi pecinta bulutangkis.

Sebab, sebelumnya tak banyak yang tahu atau bahkan sudah mendengar sosok Kevin Cordon.

Lantas siapakah sebenarnya Kevin ini?

Pebulu tangkis Guatemala Kevin Cordon merayakan kemenangannya atas Mark Caljouw dari Belanda dalam pertandingan babak 16 besar bulu tangkis tunggal putra selama Olimpiade Tokyo 2020 di Musashino Forest Sports Plaza di Tokyo pada 29 Juli 2021.
Pebulu tangkis Guatemala Kevin Cordon merayakan kemenangannya atas Mark Caljouw dari Belanda dalam pertandingan babak 16 besar bulu tangkis tunggal putra selama Olimpiade Tokyo 2020 di Musashino Forest Sports Plaza di Tokyo pada 29 Juli 2021. (Pedro PARDO / AFP)

Berikut Profil Kevin Cordon

Kevin Cordon lahir di Zacapa, Guatemala pada 28 November 1986.

Ia rupanya belum menggemari dunia tepok bulu angsa sejak kecil.

Ia kecemplung di dunia badminton saat dirinya berumur 11 tahun.

"Saya mulai bermain badminton saat berusia 11 tahun," ungkap Kevin Cordon dikutip dari laman BWF.

Selain itu, ada alasan tersendiri mengapa Kevin memilih menekuni olahraga bulutangkis ini.

Baca juga: Pelatih Indonesia Tularkan Tradisi Bulutangkis ke Guatemala, Loloskan Kevin Cordon ke Semifinal

Menurutnya, bermain badminton adalah salah satu cara terbaik dan tercepat untuk bisa tampil di Olimpiade.

Padahal sebelum mengenal badminton, ia adalah seorang pesepak bola di Guatemala.

Ia berubah pikiran saat menghadiri turnamen badminton di kota tempat tinggalnya.

Atlet berusia 34 tahun ini memandang olahraga tersebut juga memiliki resiko kecil untuk mengalami cedera.

Untuk itu, ia tak menunda lagi untuk meninggalkan dunia sepak bola dan masuk ke lingkungan bulutangkis.

"Saya mengenal badminton dengan tidak sengaja," ujar Kevin Cordon.

"Saya pergi ke pertandingan bulutangkis lokal dan mulai bermain."

"Tiga bulan kemudian saya memenangkan turnamen pertama saya."

"Saya sebenarnya bermain sepak bola juga, tetapi badminton adalah pintu yang terbuka bagi saya dan sekaligus menghindari cedera," lanjutnya.

Pemain Guatemala Kevin Cordon merayakan dengan seorang pelatih setelah kemenangannya atas pemain Belanda Mark Caljouw dalam pertandingan babak 16 besar bulu tangkis tunggal putra selama Olimpiade Tokyo 2020 di Musashino Forest Sports Plaza di Tokyo pada 29 Juli 2021.
Pemain Guatemala Kevin Cordon merayakan dengan seorang pelatih setelah kemenangannya atas pemain Belanda Mark Caljouw dalam pertandingan babak 16 besar bulu tangkis tunggal putra selama Olimpiade Tokyo 2020 di Musashino Forest Sports Plaza di Tokyo pada 29 Juli 2021. (Pedro PARDO / AFP)

Setelah kecemplung di dunia tersebut, ia mendedikasikan dirinya untuk tampil dengan baik.

Impiannya pun berubah seiring profesinya sebagai seorang pebulutangkis.

Ia sangat ingin tampil di ajang Olimpiade mewakili negaranya.

"Impian saya adalah bersaing di level Olimpiade," sambungnya.

Pelatih asal Indonesia

Namun, impiannya untuk tampil di Olimpiade tak semulus perkiraan.

Kevin perlu banting tulang dan peras keringat untuk meningkatkan skillnya.

Hingga akhirnya ia bertemu dengan pelatih bulutangkis asal Indonesia.

Dikutip dari akun Twitter Rudy Roedyanto, Kevin Cordon dilatih oleh pelatih asal Indonesia yang bernama Khadaff.

"Kevin Cordon menjadi pemain pertama dari PanAm Continental....dia dilatih pelatih dari Indonesia."

"Kalau tidak salah namanya Khadafi," cuit Kevin dalam akun Twitternya.

Pebulutangkis Guatemala Kevin Cordon melakukan selebrasi dengan seorang pelatih setelah mengalahkan pemain Korea Selatan Heo Kwang-hee dalam pertandingan perempat final bulu tangkis tunggal putra selama Olimpiade Tokyo 2020 di Musashino Forest Sports Plaza di Tokyo pada 31 Juli 2021.
Pebulutangkis Guatemala Kevin Cordon melakukan selebrasi dengan seorang pelatih setelah mengalahkan pemain Korea Selatan Heo Kwang-hee dalam pertandingan perempat final bulu tangkis tunggal putra selama Olimpiade Tokyo 2020 di Musashino Forest Sports Plaza di Tokyo pada 31 Juli 2021. (ALEXANDER NEMENOV / AFP)

Bisa dibilang, sosok Khadafi inilah yang menularkan budaya bulutangkis pada Kevin.

Tak bisa dipungkiri, Indonesia memang termasuk negara yang memiliki DNA bulutangkis yang kental.

Olahraga tepok bulu angsa ini bisa dikatakan menjadi salah satu olaharaga paling populer dan merakyat.

Bulutangkis praktis hanya kalah dari sepak bola dari sisi popularitas di tanah air ini.

Babak Semifinal

Namun, kiprah Kevin Cordon di semifinal Olimpiade Tokyo 2021 bakal menemui lawan yang lebih kuat.

Sebab, ia bakal melawan salah satu dari Viktor Axelsen atau Shi Yuqi.

Pebulu tangkis Guatemala Kevin Cordon merayakan kemenangannya atas Mark Caljouw dari Belanda dalam pertandingan babak 16 besar bulu tangkis tunggal putra selama Olimpiade Tokyo 2020 di Musashino Forest Sports Plaza di Tokyo pada 29 Juli 2021.
Pebulu tangkis Guatemala Kevin Cordon merayakan kemenangannya atas Mark Caljouw dari Belanda dalam pertandingan babak 16 besar bulu tangkis tunggal putra selama Olimpiade Tokyo 2020 di Musashino Forest Sports Plaza di Tokyo pada 29 Juli 2021. (Pedro PARDO / AFP)

Jika menghitung peluang di atas kertas, Kevin tentu kalah pamor dari Axelsen atau Shi Yuqi.

Tetapi bila menimbang kiprah dari pemain senior ini, ia masih memiliki peluang untuk membuat kejutan lainnya.

Ia hanya perlu menampilkan ciri khas permainannya dan tetap agresif dalam menyerang.

(Tribunnews.com/Guruh)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved