Bhisma-Maizura 'Menuju Pelaminan', Diwarnai Konflik Budaya Jawa-Minang
Bhisma Mulia dan Maizura sudah berencana untuk meresmikan hubungan mereka ke jenjang yang lebih serius.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bhisma Mulia dan Maizura sudah berencana untuk meresmikan hubungan mereka ke jenjang yang lebih serius.
Namun, keduanya mengalami kendala ketika niat baik itu tidak berjalan mulus sesuai dengan harapan.
Ini bukan kisah sebenarnya dari Bhisma dan Maizura melainkan bagian dari film drama 'Menuju Pelaminan'.
Kisah Menuju Pelaminan berpusat pada Fajar (Bhisma Mulia) dan Rahma (Maizura), pasangan yang siap mengikat janji suci.
Namun perbedaan latar belakang membuat perjalanan mereka menuju pernikahan tidak semudah yang dibayangkan.
Baca juga: Celerina Judisari Wakil Indonesia di Silk Road International Film Festival ke-12 di Fuzhou
Fajar berasal dari keluarga Jawa, sementara Rahma tumbuh dalam tradisi Minangkabau, hal itu jadi konflik yang harus mereka hadapi.
Perbedaan budaya ini menimbulkan gesekan antar keluarga, terutama ketika persiapan pernikahan berlangsung.
Konflik semakin pelik saat kakek bersikeras ingin hadir di akad nikah. Demi mewujudkan keinginan itu, keluarga Fajar pun menempuh perjalanan darat sejauh 1.859 km dari Jogja menuju Padang dengan mobil van tua.
Rencana perjalanan dua hari berubah jadi road trip empat hari penuh drama mulai dari pertengkaran dan konflik, hingga momen kebersamaan yang hangat dan mengharukan.
Bukan sekadar menghadirkan kisah cinta, film ini juga ingin merayakan kekayaan budaya Indonesia.
Dalam film tersebut akan dihadirkwn adat pernikahan Jawa dan Minang, detail arsitektur tradisional, serta lanskap indah Yogyakarta hingga Padang Pariaman.
“Menuju Pelaminan bukan hanya tentang cinta, tapi juga tentang perjalanan lintas budaya yang menggambarkan dinamika keluarga Indonesia,"kata Dirana Sofiah, Project Leader Indonesia Film Financing (IFF) PFN sekaligus produser film, di kawasan Jakarta Selatan, Jumat (3/10/2025).
"Visual Yogyakarta dan Padang kami pilih untuk memperkuat cerita sekaligus mengangkat potensi pariwisata di sana,” terusnya.
Film ini juga merupakan hasil kolaborasi PFN dengan Rekam Films, serta dukungan mitra internasional Little Green White dan One Light Holdings dari Singapura.
Proyek tersebut terpilih melalui program Indonesia Film Financing (IFF) PFN setelah melewati seleksi ketat dari lebih dari 100 proposal.
Film Indonesia Absen di TIFF 2025, Satu Animasi Masih Dipertimbangkan Panitia |
![]() |
---|
Takiuchi Kumi Antusias Sambut Penayangan Film Dokumenter Palestina36 di TIFF 2025 |
![]() |
---|
Dulu Figuran, Eca Aura Debut Pemeran Utama di 'Film Where The Rainbow Ends' |
![]() |
---|
Sinopsis Film Cyberbullying, Dibintangi Roy Marten, Tayang 23 Oktober 2025 |
![]() |
---|
Joe Taslim Pernah Tak Berani Mimpikan Karakter Noob Saibot, Kini Malah Perankan di Mortal Kombat 2 |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.