Senin, 29 September 2025

Tujuh Film Indonesia Terlaris Bioskop Tahun 2025, Mira Lesmana: Sineas Harus Peka pada Pasar

Sepanjang Januari-Juli 2025, tujuh dari sepuluh film terlaris di bioskop Indonesia adalah produksi lokal.

Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Wahyu Aji
KOMPAS/PRIYOMBODO
Ilustrasi Bioskop - Sepanjang Januari-Juli 2025, tujuh dari sepuluh film terlaris di bioskop Indonesia adalah produksi lokal. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sepanjang Januari-Juli 2025, tujuh dari sepuluh film terlaris di bioskop Indonesia adalah produksi lokal.

Hal ini mencerminkan dominasi karya anak bangsa dan meningkatnya minat terhadap konten lokal. 

Di sisi lain, sektor ekonomi kreatif menyumbang lebih dari Rp1.500 triliun terhadap PDB nasional pada 2024 dan ditargetkan meningkat hingga 8 persen dalam lima tahun. 

Pertumbuhan industri film juga terlihat dari ekspansi pasar, seperti keberhasilan Jumbo dan Agak Laen menembus internasional.

Serta kontribusi Over-the-Top (OTT) yang memperpanjang siklus komersial film. Indonesia pun menjadi pasar terbesar di Asia Tenggara untuk streaming anime dan Video on Demand (VOD) dengan pendapatan USD 552 juta. 

OTT adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan layanan media yang disampaikan langsung kepada pengguna melalui internet, tanpa melalui penyedia layanan tradisional seperti televisi kabel atau satelit.

Sementara VOD, yaitu layanan yang memungkinkan pengguna menonton konten video kapan saja dan di mana saja sesuai keinginan mereka, tanpa terikat jadwal siaran seperti televisi tradisional2.

Kolaborasi lintas sektor turut menguat, tercermin dalam aktivasi IP lokal seperti film Jumbo di kereta api, memperluas jangkauan pasar dan memperkuat koneksi antar industri.

Produser dan Pemilik Rumah Produksi Miles Film, Mira Lesmana, menegaskan pentingnya pemahaman menyeluruh dari cerita hingga pemasaran agar produksi berjalan dalam ekosistem yang sehat. 

"Selain menciptakan suasana produksi kondusif, sineas harus peka terhadap pasar, menyesuaikan skala produksi, dan mengkomunikasikan potensi film secara realistis kepada investor,” kata Mira melalui keterangan tertulis, Selasa (26/8/2025).

Menurut Mira, keberlanjutan karya juga membutuhkan perencanaan matang, terutama aspek finansial. 

"Riset pasar dan kemitraan sejak awal adalah landasan penting agar produksi tidak menemui tantangan besar. Setiap proyek harus disesuaikan dengan kapasitas, mengenali target penonton, dan mengelola risiko dengan bijak," katanya.

Ia juga mendorong eksplorasi genre dan narasi segar agar film Indonesia semakin relevan dan kompetitif di pasar luas. 

Film “Rangga dan Cinta” karyanya, juga baru-baru ini mendapat perhatian positif dari Kementerian Ekonomi Kreatif.

Kemen Ekraf mendukung kolaborasi dalam promosi dan pemasaran kreatif sebagai bagian dari upaya memperkuat ekosistem perfilman nasional, sebagaimana dilaporkan di laman resmi kementerian.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan