Senin, 6 Oktober 2025

Kisah Saykoji Pernah Dapat Gangguan Mistis saat Mendaki Gunung Rinjani

Saykoji menceritakan pengalaman mistis saat mendaki Gunung Rinjaji, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Tribunnews.com/ Bayu Indra Permana
Igor Saykoji cerita soal program dietnya yang saat ditemui di kawasan Thamrin Jakarta Pusat, Rabu (16/8/2023) 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fauzi Alamsyah 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Musisi sekaligus aktor, Ignatius Rosoinaya Penyami alias Saykoji menceritakan pengalaman mistis saat mendaki Gunung Rinjaji, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Rinjani belakang menjadi perbincangan usai turis asal Brasil, Juliana Marins meninggal dunia usai terjatuh ke jurang semalam kurang lebih 600 meter.

Baca juga: Usai Tragedi Juliana di Rinjani, Menhut Godok Gelang Pelacak dan Syarat Khusus Naik Gunung

Kondisi medan Rinjani menurut Saykoji cukup ekstrem yang tidak hanya memanjakan keindahan alamnya.

"Jadi makin ke atas udah nggak ada pohon, isinya tinggal batu karang dan kerikil," kata Saykoji di kawasan Tendean belum lama ini.

Persiapan mental dan fisik diuji ketika mendaki Rinjani, walaupun titik puncak terlihat di kejauhan namun perjalanan untuk bisa sampai tidak semudah itu.

Baca juga: Jenazah Juliana Marins, Pendaki asal Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani, Akan Diotopsi Ulang di Rio

"Nah ada tempat itu yang kita lewati itu, ada tempat namanya Cemoro Kembang. Dari situ ke atas, kita bisa lihat puncaknya, seakan-akan dekat, tapi sebenarnya itu jauh, prosesnya jauh," ujar Saykoji

"Dan sebelah kanan kita itu memang langsung jurang yang cukup dalam. Di gunung itu, kalau summit attack, kita nggak pernah tahu kondisi alam dan cuaca bisa tiba-tiba berubah," tuturnya. 

Selain itu, Saykoji sempat merasakan pengalaman horor saat turun dari Rinjani. Kala itu, ia bersama istrinya, Tessy Penyami, turun secara terpisah dari rombongan.

Di tengah jalan, pelantun Jomblo itu tiba-tiba mendengar alunan musik tradisional. Padahal, ia dan istrinya belum memasuki kawasan pedesaan.

"Nah kalau ngomongin cerita di gunung ada yang seram atau tidak, selalu aja ada. Saya pernah sama istri, kita udah turun nih, udah turun, kebetulan turunnya terpisah-pisah (sama rombongan), ada yang lebih cepat, ada yang lebih cepat capek, tapi kita selalu dijagain," ceritanya. 

"Ada beberapa tempat yang kayak kita nggak ada orang nih, ini tinggal turun sebenarnya, nggak naik yang susah, tinggal turun ke desa tapi ada beberapa yang berkabut. Kadang-kadang kita suka dengar kayak musik tradisional dari mana," imbuhnya.

 

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved