Selasa, 7 Oktober 2025

Episode Akhir Serial Dokumenter Sosok Baik Indonesia Kisahkan Jayadi Penyintas Gempa Lombok 2018

Sosok Jayadi, penyintas gempa Lombok 2018, diangkat dalam episode ketiga sekaligus penutup serial dokumenter Sosok Baik Indonesia

Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Erik S
Istimewa
SOSOK BAIK INDONESIA - Sosok dan kisah Jayadi, penyintas gempa Lombok 2018, diangkat dalam episode ketiga sekaligus penutup serial dokumenter Sosok Baik Indonesia garapan sutradara Wisnu Surya Pratama 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Sosok Jayadi, penyintas gempa Lombok 2018, diangkat dalam episode ketiga sekaligus penutup serial dokumenter Sosok Baik Indonesia garapan sutradara Wisnu Surya Pratama.

Episode ini dapat disaksikan di kanal YouTube @niatbaikhasilbaik_id dan mengajak penonton melihat sisi manusiawi dari tragedi besar yang mengguncang Lombok enam tahun silam.

Dalam serial dokumenter ini, Wisnu tidak sekadar menampilkan angka korban atau kerusakan seperti dalam berita bencana yang biasa kita temui.

Baca juga: Pernah Hancur oleh Gempa Lombok, Gedung BPSILHK Mataram Digarap dengan Konsep Tahan Guncangan

Ia justru menyoroti sisi personal seorang penyintas, yakni Jayadi warga Singaraja yang kala itu sedang bertugas di Mataram, Lombok, ketika gempa berkekuatan 7,0 magnitudo mengguncang pulau tersebut pada 5 Agustus 2018.

“Ketika kita mendengar tentang bencana, yang muncul di benak kita biasanya hanya angka—berapa yang mengungsi, berapa korban jiwa. Padahal, di balik angka-angka itu, ada manusia dengan cerita hidup dan luka batin yang mendalam,” tutur Wisnu dalam keterangannya, Kamis (24/4/2025).

Dihantam Gempa, Tidak Membiarkan Diri Terpuruk

Gempa besar itu menyisakan trauma yang tak kunjung hilang. Jayadi, yang saat itu tengah berada di rumah bersama keluarganya, merasakan getaran begitu hebat hingga ia menggambarkannya seperti tubuh yang “diangkat lalu dibanting ke bawah.”

“Semakin lama, gempanya semakin besar. Istri saya sampai pingsan, dan anak-anak harus saya titipkan ke tetangga untuk mengungsi,” kenang Jayadi, mata berkaca-kaca.

Namun, di tengah kepanikan, ia memilih tetap tegar.

“Kalau saya menangis, anak-anak saya pasti tambah takut. Saya harus kuat, demi mereka,” katanya.

Kini, meskipun waktu telah berlalu, bayang-bayang bencana masih membekas.

“Dengar suara keras saja, istri saya bisa gemetar. Saya pun masih trauma. Tapi saya alihkan dengan kesibukan dan kerja,” ujarnya.

Dari Keluarga Sederhana, Meniti Harapan dengan Tekad

Jayadi lahir dari keluarga sederhana di Bali.

Ayahnya bekerja sebagai sopir lalu menjadi petani.

Meski sempat lolos seleksi PMDK dan berkesempatan masuk perguruan tinggi tanpa ujian, Jayadi memilih bekerja selepas SMA untuk membantu keluarga.

Baca juga: Anak Palestina di Film Dokumenter Gaza, Minta BBC Tanggung Jawab jika Terjadi Sesuatu pada Dirinya

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved