Gunakan Metode Improvisasi, Senyawa Bius Penonton Lewat Karya Musik Eksperimental
Grup musik asal Yogyakarta, Senyawa sukses membius penonton dengan penampilan karya eksperimentaldi Teater Arena, Taman Budaya Jawa Tengah Surakarta
"Kami membuat karya itu bukan untuk merubah dunia tapi untuk kami sendiri."
"Bagaimana kami ingin memahami diri, supaya kami juga mengerti apa yang kami bicarakan (dan apa yang ingin kami sampaikan."
"Kami endapkan (pikiran kami) kembali, supaya kami menjadi lebih baik (dalam berkarya)."
"Dari sini kami berharap orang terinspirasi kepada kami, tapi kami juga tidak memaksakan orang untuk mengikuti gaya kami."
Baca juga: Why Let the Chicken Run?, Jadi Pameran Tunggal Pertama Melati Suryodarmo di Dalam Museum
"(Kami ingin memberikan pandangan) harapannya semua orang bebas mengekpresikan musik (sesuai dengan keinginan masing-masing)."
"Siapapun yang ingin membuat karya eksperimental seperti kami, dia bisa memiliki hak yang sama seperti kami."
"Dia bisa mengualifikasikannya, dia bisa mendistribusikan karyanya sendiri dan dia dapat memberi muatan lokalnya sendiri." tambah Rully.
Tak ubahnya Rully, Wukir juga terbuka dengan konsep karyanya.
Ia memberikan kesempatan bagi orang lain untuk ikut memikirkan atau bahkan memberikan komentar terhadap karyanya.
Apalagi jika ada yang ingin berkolaborasi dengannya.
"Membuat (karya) suara itu tergantung kebutuhan, bisa berangkat dari ide dulu atau bahkan pesenan (masukkan dari orang lain)."
Baca juga: Menggiurkan, Ini Peluang Industri Musik Raih Cuan dalam Dunia Metaverse
Hal tersebut dapat terlihat saat Senyawa membawakan repertoar karya terakhirnya.
Dari 14 karya yang ditampilkan, satu karya terakhirnya dilakukan berkolaborasi dengan para penari dari Studio Plesungan (ruang kreatif yang didirikan oleh Melati Suryodarmo).
Rully dan Wukir bebas memadukan improvisasi keduanya.
Sementara sembilan penari merespon melalui gerakan mengikuti suara-suara distorsi yang diciptakan Rully dan Wukir.