Jumat, 3 Oktober 2025

Deodoran Jadi ''Obat Pede'' Chelsea Islan

Chelsea Islan memiliki ketergantungan deodoran. Tanpa menggunakan deodoran ia seperti kurang percaya diri.

WARTA KOTA/ARIE PUJI WALUYO
Chelsea Islan 

 "Kami percaya berkeringat adalah fungsi tubuh yang normal dan penting untuk tidak hanya mengatur suhu tubuh, tapi juga membersihkan tubuh dari racun dan bekerja untuk menjaga kesehatan tubuh," kata Danielle Raynor, pendiri merek kecantikan alami Lavanila.

Bahan ini juga dikaitkan dengan penyakit Alzheimer.

"Selama tahun 1960an dan 1970an, aluminium diidentifikasi sebagai tersangka yang mungkin terjadi pada Alzheimer," kata Keith Fargo, direktur program ilmiah dan penjangkauan untuk Asosiasi Alzheimer.

Penelitian lain menemukan bahwa pasien Alzheimer memiliki kadar aluminium tinggi di otak mereka, membuat para peneliti membuat hubungan yang menakutkan antara ramuan dan penyakit yang populer.

Methylchloroisothiazolinone

"Saya sangat menyarankan untuk menghindari methylisothiazolinone, karena ini dapat menyebabkan masalah kulit alergi pada beberapa orang," saran Dr. Adam Sheridan, seorang dermatologi yang berbasis di Melbourne.

Bahan ini tidak hanya bersembunyi di deodoran kita, tapi juga dapat ditemukan dalam tisu basah dan pelembap tertentu.

Triclosan

Diketahui bahan ini bisa mengiritasi kulit dan menyebabkan dermatitis kontak.

Menurut Organics.org, FDA mengklasifikasikan triclosan sebagai pestisida, sedangkan IARC memilikinya terdaftar sebagai karsinogen yang mungkin.

Solusi lain, mungkin kita bisa menggunakan deodoran dengan kandungan yang lebih alami.

Mengamati hal tersebut, PT. Unilever Indonesia Tbk berkolaborasi dengan PERDOSKI JAYA  melakukan penelitian yang bertujuan untuk menguji penggunaan produk Dove Sensitive Deodorant yang tidak mengandung parfum, paraben, ataupun alkohol.

Penelitian dilakukan kepada sejumlah mahasiswi di sebuah perguruan tinggi Jakarta dalam rentang usia 18-20 tahun dengan menggunakan instrumen penilaian gravimetrik dan Axillary Sweating Daily Diary (ASDD) untuk mengukur derajat keparahan berkeringat serta dampaknya pada aktivitas sehari-hari.

Selain itu juga dilakukan pemantauan terhadap kemungkinan terjadinya iritasi pada kulit seperti kemerahan, bersisik, rasa tertusuk, terbakar, ataupun rasa gatal.

Menurut Mely selaku salah satu peneliti, menganalogikan kulit itu seperti batu bata.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved