Sabtu, 4 Oktober 2025

Pernah Dikecam karena Dinilai Kampanye LGBT, ‘Kucumbu Tubuh Indahku’ Melenggang ke Oscar

Pernah menuai kecaman di tiga daerah karena dianggap mengkampanyekan isu LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender), Film Kucumbu Tubuh Indahku, m

Istimewa
Potongan adegan film Kucumbu Tubuh Indahku garapan sutradara Garin Nugroho yang diprotes warga. 

Dikecam karena Dianggap Kampanye LGBT, Sejumlah Kepala Daerah Menolak

Pemutaran film Kucumbu Tubuh Indahku di bioskop menuai kecaman beberapa pihak, termasuk tiga pemerintah daerah; Depok, Jawa Barat, serta Kubu Raya dan Pontianak, Kalimantan Barat.

Film Kucumbu Tubuh Indahku garapan sutradara kawakan Garin Nugroho ditolak penayangannya di beberapa daerah karena dianggap "mengkampanyekan LGBT".

Film yang menampilkan peleburan maskulin dan feminin dalam tubuh karakter utamanya dianggap mengangkat budaya LGBT secara berlebihan.

Sejak ditayangkan mulai 18 April, pemerintah di beberapa kota langsung melarang penanyangan film ini. Seperti yang terjadi di Depok, Bekasi, Garut, Palembang, Pontianak, Kubu Raya, Pekanbaru dan yang terakhir di Padang.

Adegan 'penyimpangan seksual' yang Lulus Sensor
Bupati Kubu Raya Muda Mahendrawan menganggap pemutaran film ini berdampak pada keresahan masyarakat karena adegan penyimpangan seksual yang ditayangkan di film tersebut dapat mempengaruhi cara pandang atau perilaku masyarakat, terutama generasi muda.

"Terutama dalam kaitannya adanya perilaku seks menyimpang, yang itu tentu rentan dan dikhawatirkan akan menjadi suatu pembenaran bagi generasi muda yang tidak memahami," ujar Muda.

Padahal, Lembaga Sensor Film (LSF) menyatakan film ini lolos sensor. Ketua LSF Ahmad Yani Basuki beralasan meloloskan film ini karena dianggap mengandung nilai edukasi.

Sutradara Garin Nugroho
Sutradara Garin Nugroho (Koresponden Tribunnews.com/Richard Susilo)

Kecewanya Sang Sutradara
Sutradara Garin Nugroho mengatakan bertubi-tubinya pelarangan penayangan yang ditujukan terhadap filmnya dari berbagai pemerintah dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) di sejumlah daerah menunjukkan "kemerosotan terhadap penghormatan cultural diversity dan demokratisasi."

"Jadi sebenarnya saya adalah korban dari apa yang disebut dengan demokratisasi dari massa yang banal," ujar Garin.

Selain itu, menurut Garin, menjamurnya politik identitas membuat semua kelompok, baik kaum mayoritas maupun minoritas, mulai sangat radikal.

"Kucumbu terperangkap di tengah era dari apa yang disebut dengan politik identitas itu sendiri."

Sayangnya, sebelum pelarangan penayangan, Garin menuturkan dirinya tidak pernah diajak dialog oleh para pemimpin daerah dan pemuka agama yang melarang filmnya.

Padahal, Garin menuturkan, daftar panjang film-film bertema gender dan seksualitas ada dalam sejarah perfilman Indonesia.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved