Kamis, 2 Oktober 2025

PVMBG Imbau Masyarakat Waspadai Potensi Banjir Lahar Dingin dan Erupsi Susulan Gunung Agung, Bali

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) imbau masyarakat waspadai potensi banjir lahar dingin dan erupsi susulan Gunung Agung, Bali.

Editor: Daryono
Tribun Bali/I Nyoman Mahayasa
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) imbau masyarakat waspadai potensi banjir lahar dingin dan erupsi susulan Gunung Agung, Bali. 

TRIBUNNEWS.COM - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengimbau masyarakat mewaspadai potensi banjir lahar dingin Gunung Agung, Bali.

Sisa abu vulkanik di lereng Gunung Agung psca-erupsi berpotensi mengakibatkan banjir lahar dingin yang sangat berbahaya saat musim hujan.

Maka dari itu, PVMBG mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dan tidak beraktivitas di sungai.

Bahkan masyarakat diimbau unutk menjauhi aliran sungai yang berhulu langsung dengan Gunung Agung.

Berdasarkan siaran Sapa Indonesia Siang, Kompas.tv, aktivitas vulkanik Gunung Agung masih tinggi sehingga erupsi susulan masih akan terjadi.

Baca: PVMBG: Curah Hujan Tinggi dan Lereng Terjal Menyerap Air Diduga Jadi Penyebab Longsor di Cisolok

Saat ini di Lereng Gunung Agung masih tersisa abu vulkanik yang terkumpul pasca-erupsi sehingga sisa-sisa material dengan mudah dibawa air hujan dan akan melawati sejumlah sungai yang berhulu langsung dengan Gunung Agung,

Kondisi tersebut dapat membahayakan masyarakat yang berada di bantaran sungai.

Selain itu PVMBG juga melarang masyarakat ataupun wisatawan melakukan pendakian karena sangat berbahaya dan erupsi bisa terjadi kapan saja.

Sampai saat ini pihak PVMBG masih menetapkan status Gunung Agung siaga level III dengan radius 4 kilometer dari puncak kawah.

Selain itu masyarakat diminta untuk mematuhi informasi mitigasi resmi yang dikeluarkan PVMBG agar petugas dengan mudah melakukan evakuasi jika Gunung Agung kembali erupsi.

Baca: Penjelasan PVMBG tentang Letusan Gunung Agung dan Imbauan untuk Waspadai Aliran Lahar Hujan

"Apalagi kan ini musim hujan ya, tentu saja ada potensi untuk terjadi banjir lahar, karena memang ada produk-produk vulkanik yang sebelumnya mengumpul di atas," ujar Kasbani, Kepala PVMBG kepada Kompas.tv.

"Ini (material vulkanik)m jiika terjadi hujan akan terjadi banjir dan mengikuti lembah-lembah yang berhulu dari Gunung Agung. Dan itu bisa melebihi raidus 4 kilometer," pungkasnya.

Mengutip laman vsi.esdm.gi.id, Gunung Agung di Kabupaten Karangasem, Bali mengalami erupsi pada tanggal 30 Desember 2018 pukul 04.09 WITA selama 3 menit 8 detik dengan amplitudo 22 mm.

Erupsi terjadi akibat adanya 'overpressure' akibat akumulasi gas-gas vulkanik.

Pada saat erupsi, teramati sinar api di area puncak kawah tyetapi ketinggian kolom abu tidak teramati karena tertutup kabut.

Baca: Imbauan PVMBG untuk Masyarakat terkait Status Gunung Anak Krakatau sebagai Kawasan Rawan Bencana

Berdasarkan informasi satelit, abu vulkanik bergerak ke arah tenggara dengan ketunggian abu vulkanik mencapai 5500 m di atas permukaan laut.

Saat terjadi erupsi, hujan abu tipis dilaporkan terjadi di wilayah Kabupaten Karangasem di sektor tenggara Gunung Agung, seperti di Kota Amlapura dan beberapa desa seperti di Desa Seraya Barat, Desa Seraya Tengah, dan Desa Tenggalinggah.

Sebelum terjadinya erupsi tersebut, tidak teramati peningkatan intensitas kegempaan yang signifikan namun beberapa gempa vulkanik terekam di antaranya gempa di lereng utara Gunung Agung pada 28 Desember 2018 dengan magnitude M2.7 pukul 02:49 WITA dan M2.4 pukul 15: 31 WITA.

Gempa-gempa ini mengindikasikan adanya pergerakan magma ke permukaan.

Pada periode 27-29 Desember 2018 (sebelum erupsi) satelit MODIS juga tidak menunjukkan adanya anomali termal di permukaan kawah Gunung Agung yang mengindikasikan tidak adanya material lava segar di permukaan kawah.

Sebelum erupsi itu, Gunung Agung mengalami erupsi pada tanggal 27 Juli 2018. Pada tanggal 29 Juli 2018 pukul 06:47 WITA terjadi Gempa Lombok dengan Magnitudo M 6.4 disertai beberapa aftershock.

Baca: Aktivitas Gunung Agung Masih Tinggi

Rentetan gempa bumi tektonik di sekitar Pulau Lombok, teramati mempengaruhi aktivitas Gunung Agung dimana goncangan-goncangannya berperan dalam pelepasan gas-gas vulkanik yang dimanifestasikan di permukaan dalam bentuk Hembusan.

Pada kondisi ini, akumulasi gas di kedalaman menjadi terganggu sehingga potensi erupsi justru berkurang.

Selama periode aftershocks Gempa Lombok, Gunung Agung pun tidak mengalami erupsi.

Namun seiring dengan berkurangnya gempa tektonik, akumulasi gas-gas vulkanik di Gunung Agung menjadi memungkinkan.

Dalam 1 bulan terakhir, gempa-gempa yang terekam di Gunung Agung didominasi oleh gempa Hembusan, gempa Tektonik, dan beberapa kejadian gempa Vulkanik Dangkal dan Vulkanik Dalam.

(Tribunnews.com/Fitriana Andriyani)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved