Tanaman Hanjeli Harapan Baru Masyarakat Baduy, Berpotensi Menjadi Produk Bernilai Jual Tinggi
Masyarakat Baduy di Banten, yang dikenal dengan kearifan lokal dan kehidupan harmonis dengan alam, telah lama memanfaatkan tanaman hanjeli.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Masyarakat Baduy di Banten, yang dikenal dengan kearifan lokal dan kehidupan harmonis dengan alam, telah lama memanfaatkan tanaman hanjeli untuk berbagai keperluan kesehatan.
Hanjeli, juga dikenal sebagai jali atau Job’s tears merupakan tanaman biji-bijian yang telah lama digunakan dalam pengobatan tradisional di berbagai budaya, termasuk oleh masyarakat Baduy.
Baca juga: Dosen, Mahasiswa hingga Alumni UI Kompak Bantu Tekan Angka Stunting Warga Baduy Lewat Saung Gizi
Tanaman ini dipercaya memiliki khasiat untuk mengatasi gangguan pencernaan, peradangan, serta meningkatkan daya tahan tubuh.
Selain itu, hanjeli juga dimanfaatkan sebagai bahan makanan dan sumber nutrisi.
Prof. Dr. apt. Berna Elya, M.Si dari Lembaga Pengabdian Masyarakat Fakultas Farmasi Universitas Indonesia menyebutkan bahwa hanjeli menjadi tanaman yang semakin berkembang di Baduy dan telah beberapa kali dipanen.

"Sebelumnya, hanjeli hanya dikonsumsi sebagai makanan pokok oleh masyarakat Baduy dengan metode pengolahan tradisional, seperti penumbukan dengan lesung," kata Berna dalam keterangannya, Senin (10/3/2025).
Belum lama ini, pihaknya bersama Turkish Cooperation and Coordination Agency (TİKA) mengunjungi Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten. Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya pemberdayaan dan pelestarian bahan alam khas Baduy, setelah sebelumnya dilakukan perjanjian kerja sama pada Juli 2024.
"Untuk meningkatkan nilai tambah, kami menyerahkan mesin penggilingan otomatis, membuka peluang baru dalam diversifikasi produk berbasis hanjeli," ujarnya.
Berna berharap hanjeli tidak hanya menjadi makanan pokok tetapi juga bisa diolah menjadi produk bernilai jual tinggi, seperti tepung hanjeli atau minuman berbasis hanjeli.
Salah satu program unggulan dalam kolaborasi ini adalah pengembangan kebun tanaman obat khas Baduy di lahan wakaf Yayasan Spirit Membangun Ukhuwah Islamiyah (YASMUI). Kebun ini tidak hanya menjadi sumber bahan baku herbal, tetapi juga sarana edukasi bagi masyarakat dalam mengoptimalkan pemanfaatan tanaman obat.
"Tanaman yang dibudidayakan mencakup sereh, kunyit, temulawak, kumis kucing, daun sirih, kelor, katuk ternasuk hanjeli yang merupakan tanaman pangan khas Baduy," kata Berna.
Dengan adanya dua lokasi kebun di Desa Kanekes dan Desa Bojong Menteng, masyarakat didorong untuk memanfaatkan lahan mereka secara lebih produktif. Tidak hanya sebatas penanaman dan pengolahan, tetapi juga riset lebih lanjut untuk menciptakan produk kesehatan berbasis bahan alam khas Baduy.
Dr. Ümit Naci Yorulmaz, Vice President TİKA, menyatakan bahwa pihaknya terus mendukung masyarakat Baduy agar mandiri dalam mengelola dan mengembangkan sumber daya alam mereka sendiri.
"Dengan dukungan berkelanjutan, diharapkan Baduy tidak hanya menjadi simbol tradisi yang lestari, tetapi juga model pemberdayaan berbasis bahan alam yang berdaya saing tinggi," ujar Ümit Naci Yorulmaz.
Ketua Umum ABII Hashim: RI Berpeluang Jadi Pusat Pengembangan Teknologi dan Pasar Biochar Global |
![]() |
---|
Sisi Lain Keindahan Alam Indonesia: Antara Legenda, Larangan, dan Kearifan Lokal |
![]() |
---|
VIRAL Sarti Gadis Cantik Baduy Luar Menikah, Bikin 'Patah Hati' Kaum Adam |
![]() |
---|
Pekerja di Riau Tewas Diterkam Harimau, Si Belang Disebut Kerap Muncul 2 Bulan Terakhir |
![]() |
---|
Sosok Hadito, Pekerja HTI Pelalawan Tewas Diterkam Harimau, Tubuhnya Diseret 100 Meter |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.